Tuesday, September 15, 2015

Cerita tentang Syukur: Merasa Cukup dengan Apa yang Kita Miliki Saat ini

Cerita tentang Syukur
Bersyukur via http://annur2.net

Dalam hidup, seringkali kita merasa hidup orang lain lebih enak daripada hidup yang kita jalani. Mereka yang sepertinya selalu diberikan kemudahan dalam hidupnya. Tak pernah ada masalah yang mendera.

Dalam hal pekerjaan, seringkali kita merasa pekerjaan orang lain terlihat lebih enak, dengan gaji yang tinggi dan beragam fasilitas yang diberikan. Terbersit keinginan untuk pindah mendapatkan pekerjaan tersebut.

Kita tak pernah tahu sebelum kita melihatnya lebih dekat. Apa yang kita lihat belum tentu sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Disitulah harusnya kita belajar bersyukur. Kita tak pernah melihat keadaan diri kita dengan rasa syukur sehingga membandingkan diri kita dengan orang lain.

Beberapa kali, saat berkumpul dengan kawan lama dan membicarakan tentang pekerjaannya, pernah Terbersit ingin pindah mencari pekerjaan sepertinya. Selang waktu berlalu hingga diri ini mulai disadari bahwa selama ini apa yang aku cari adalah apa yang telah aku dapatkan. Aku merasa bersyukur dengan pekerjaan yang sekarang aku jalani bisa memberikan kebermanfaatan bagi mereka yang membutuhkan. Aku tidak menganggapnya sebagai pekerjaan, melainkan hidup. Inilah yang aku jalani.

Catatan Supermentor 8 : 10 Pesan Hidup Dino Patti Djalal untuk ketiga anaknya


Sabtu lalu, di tengah padatnya agenda menyempatkan diri untuk hadir di sebuah forum anak muda yang cukup menginspirasi : Supermentor. Sudah sejak beberapa episode saya dan teman-teman menyempatkan untuk hadir di forum ini, merehatkan tubuh sejenak untuk mendengarkan cerita penuh inspirasi yang dibagikan di tiap episode nya.
Berbeda dengan episode sebelumnya, acara Supermentor 8 kali ini dikemas cukup padat. Hal ini dikarenakan diadakannya Supermentor 8 ini sebagai perayaan untuk Pak Dino Patti Djalal yang memasuki usia ke-50 tahun. Beliau menyebutnya “A half of the Century”. Supermentor kali ini tidak menghadirkan banyak pembicara yang penuh inspiratif seperti sebelumnya, tetapi pesan yang disampaikan oleh Pak Dino cukup mewakili untuk dijadikan intisari dari Supermentor 8 tersebut.
Pak Dino menyampaikan 10 pesan hidup untuk ketiga anaknya, Alexa, Keanu dan Chloe. Beliau banyak bercerita tentang pengalaman hidupnya hingga ia menjadi seperti sekarang.
Berikut adalah 10 pesan yang beliau sampaikan :

1. Everybody has something extraordinary inside
Kita ini special. Belajarlah untuk meyakini bahwa kita ini special, berbeda dari yang lain. Setiap orang memiliki bakat dan kelebihannya masing-masing. Jangan pernah samakan diri kita dengan yang lainnya.
2. Add Value++ to your workKita tak akan pernah mendapatkan pekerjaan yang sempurna, tetapi kitalah yang membuat pekerjaan itu menjadi sempurna. Belajarlah untuk menambahkan nilai plus dari pekerjaan yang kita lakukan.
3. Learn how to get things doneSetiap pekerjaan yang kita terima dari atasan kita adalah fase pembelajaran untuk kita. Belajarnya untuk mulai menyelesaikannya. Tidak meremehkan hal-hal kecil dalam pekerjaan kita. Ada saatnya kita akan mendapatkan pekerjaan yang besar tatkala kita telah mampu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kecil yang datang kepada kita.
4. Positive energyEnergi positif membuat kita memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu di luar batas kemampuan kita. Yakinilah dan selalu berpikir positif dalam segala hal.
5. You cannot change the world, but you can change your worldKita tak akan pernah bisa mengubah dunia, tetapi kita bisa memulai untuk mengubah orang-orang di sekitar kita. Mulailah dari lingkungan terdekat kita untuk kita ubah dengan hal-hal positif yang kita yakini.
6. How power really is changingMereka yang memiliki pengaruh dalam pemerintahan maupun di luar pemerintahan bisa melakukan perubahan sesuai dengan kapasitas masing-masing. Belajarlah untuk meyakini bahwa kita bisa melakukan perubahan dimanapun kita berada.
7. Nurture the humanity inside of youKita sebagai manusia memiliki rasa kemanusiaan. Cobalah untuk mengasah rasa kemanusiaan yang mengusik naluri kita. Jangan pernah menutup mata atas setiap tragedy kemanusiaan yang terjadi.
8. Speak up, push back, stand up, step upAda saatnya kita untuk bersuara. Ada saatnya untuk kita menekan balik. Ada saatnya kita berdiri tegak, ada saatnya kita melangkah.
9. Don't try to be me, just be a better youKita tidak perlu menjadi orang lain. Belajarlah untuk menjadi diri sendiri. Menjadi yang terbaik dari diri kita.


















Saturday, September 5, 2015

Tentang Kebermanfaatan: Seberapa Besar Manfaat Kita untuk Orang Lain?


Aku memulainya dengan ketidakpunyaan. Ya, dulu sewaktu memulai kuliah aku meminjam uang untuk melunasi biaya perkuliahan. Diawal semester berjalan pun, sering sekali aku meminjam uang untuk melunasi biaya semester, meskipun kecil namun aku tetap tak mampu untuk melunasinya. Memang, aku tak pernah melibatkan ibu dan bapak dalam hal ini.

Adanya teman dan juga kakak kelas membuatku merasa beruntung bisa dibantu. Saat itu, bilangan seratus dua ratus memang cukup besar. Padahal, biaya kuliah setiap semester yang harus aku bayar kurang dari satu juta rupiah. Tetap saja, namanya juga tak ada yg bisa dibuat untuk membayar.

Hingga beberapa strategi untuk menambah penghasilan aku coba mulai dari mengajar, mengikuti lomba yang berhadiah uang tunai, beasiswa dan juga mengikuti kegiatan volunteer(meskipun tidak berharap dibayar, namun dengan Gratisnya aku tetap merasa bisa berkegiatan dan aktif). Di semester-semester berikutnya, aku sudah bisa membayar biaya kuliah tanpa harus meminjam uang lagi, meski terkadang harus mengajukan cicilan agar lebih ringan bebannya.

Banyak yang bilang ketika kita pernah merasakan berada dalam kondisi yang orang lain rasakan, maka ikatan yang ada akan semakin kuat. Itulah yang aku alami saat ini ketika menghadapi kenyataan bahwa masih banyak dari adik-adik mahasiswa yang kukenal juga mengalami keadaan yang pernah kurasakan. Di awal semester selalu aku tawarkan bagi mereka yang kesulitan bisa meminjam uang ke diriku tanpa ada jaminan atau tenggat pengembalian. Meski belum banyak yang kupunya, setidaknya bisa membantu mereka.

Mungkin inilah timbal balik dari apa yang pernah kualami, berharap mereka pun kelak akan melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan. Kita hidup sekali, maka buatlah hidup kita menjadi lebih penuh manfaat. Aku merasa bersyukur masih dikelilingi oleh orang-orang yang dengan ikhlas menunjukkan rasa cintanya untuk membantu orang lain. Dari mereka sebenarnya aku banyak belajar bahwa menjadi baik dan senang membantu orang lain tidaklah instan, tetapi harus dibiasakan.

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain... "

Begitulah kata hadits. Maka, seharusnya kita memulai untuk menjadikan hidup kita lebih penuh manfaat untuk orang-orang di sekitar kita.

Beberapa waktu lalu obrolan dengan salah seorang teman lama mengenai kesibukannya saat ini setelah menjadi seorang dokter. Katanya, untuk apa jika bekerja tanpa memberikan kebermanfaatan kepada orang lain?

Ya, mungkin itulah yang kucari. Bekerja untuk memberikan kebermanfaatan. 

Depok, 6 September 2015
bamsutris

Friday, September 4, 2015

Cerita Tentang Festival Sarongge : Melestarikan Budaya, Merawat Alam





Sarongge adalah sebuah Kampung di Cianjur Jawa Barat. Letaknya tak begitu jauh dari Jakarta, juga tak terlalu terpencil dari kampung di pedalaman Kalimantan sana. Apa yang membuat Sarongge berbeda dari kampung kebanyakan? Inilah awal mula cerita ini dituliskan.

Pertama kali mendengar kata ‘Sarongge’ beberapa bulan lalu, ketika salah seorang kakak fasilitator organisasiku menawarkan produk sayuran organik hasil panen warga Sarongge. Beberapa kali, beberapa teman di organisasiku pun kesana. Itulah yang membuat rasa penasaranku akan Sarongge. Beberapa bulan kemudian ketika melihat informasi mengenai diadakannya Festival Sarongge pun aku merasa inilah waktu yang tepat untuk berkunjung ke Sarongge. Yap, Here we go!
****

Sarongge hampir sama dengan desa kebanyakan. Ketika menginjakkan kaki di sana, hamparan kebun sayuran akan menyapa kita seraya memanggil untuk kita lewati satu persatu. Sayuran-sayuran segara yang menghijau mendominasi. Di sisi lainnya, perkebunan teh menutupi hampir sebagian besar wilayahnya. Sarongge adalah tempat penelitian teh terbesar di Asia Tenggara. Beragam jenis teh yang saat ini beredar di nusantara berasal dari Sarongge. Di kejauhan, gunung Gede menjulang menambah keindahan Sarongge.

Festival Sarongge adalah sebuah acara tahunan yang diadakan oleh masyarakat Sarongge sebagai wujud perayaan kemerdekaan. Festival Sarongge saat ini merupakan yang ke-tiga kalinya diadakan. Masih terbilang cukup muda memang untuk sebuah acara rakyat. Ada beragam kegiatan adat yang diadakan selama Festival Sarongge. Aku sendiri tidak mengikuti semuanya, hanya menjadi bagian dari suatu perayaan ini. Yang berbeda dari Festival Sarongge adalah perpaduan antara Budaya dan Alam yang coba diangkat.

Beberapa acara utama Festival yang dimeriahkan oleh warga berkisar tentang budaya dan adat sebagai cara beryukur atas melimpahnya hasil alam berupa sayuran. Dalam festival kali ini, ada kegiatan ekowisata yang diikuti oleh pengunjung dari Jakarta. Disinilah aku terlibat. Kegiatan ini diinisiasi oleh Green Initiative Foundation (GIF). GIF sejak tahun 2012 telah melakukan pendekatan kepada warga Sarongge untuk membantu pemberdayaan masyarakat dalam melakukan konservasi hutan yang mulai gundul berbasis masyrakat. Hasilnya kini Sarongge tampak lebih asri dan sejahtera.

Ekowisata di Sarongge


Seperti ekowisata kebanyakan, ekowisata yang coba dikembangkan di Sarongge mencoba untuk melibatkan masyarakat sebagai pemeran utamanya. Dari parkiran mobil, pengunjung akan menaiki sebuah mobil pick-up menuju Saung Sarongge, sebuah rumah besar terbuat dari kayu tempat berkumpul dan bermusyawarah warga. Sensasi melewati jalan yang berliku dengan deretan kebun sayur dan kebun teh ditambah Gunung Gede yang menjulang di kejauhan menambah ketenangan untuk tak segera beranjak dari Sarongge.

Sabtu itu, usai pembukaan festival di panggung utama, kami menuju saung menggunakan pick-up. Menu makan siang siap untuk disantap. Makanan khas sunda ditemani semilir angin dan bukit-bukit yang menghiasi pemandangan di luar saung membuat lebih lahap menyantap makan siang. Agenda setelah makan siang adalah sesi diskusi dengan pihak GIF mengenai peluncuran buku barunya dan diskusi dengan tokoh dan warga di Sarongge.

Usai sesi diskusi, saatnya untuk mengikuti sesi Organic Tour dan Workshop membuat sabun sereh dan Flanel. Organic Tour menawarkan pengunjung untuk berkeliling di kebun organik melihat-lihat kebun organik yang coba dikembangkan oleh pemuda desa Sarongge. Ada brokoli, bawang daun, kol, tomat, dan wortel. Semuanya tampak hijau menggoda. Selain kebun sayur, ada juga peternakan kambing dan kelinci. Bagi warga kota, jalan-jalan di antara perkebunan seperti ini menghadirkan sensasi ‘norak’ tersendiri.

Di bagian dalam saung, Ibu Entin asyik mengajarkan cara membuat sabun sereh. Sabun sereh berguna sebagai pengusir nyamuk. Dengan bahan alami, sabun sereh lebih baik dibandingkan dengan sabun yang beredar di pasaran saat ini. Karena kandungan bahan-bahan yang ada di sabun sereh yang dibuat kita bisa mengetahuinya secara langsung.

Dalam ekowisata ini, ada dua tipe pengunjung. Mereka yang menginap di Homestay dan Camp di Camping Ground. Aku sendiri kebagian untuk menginap di homestay bersama dengan teman-teman volunteer lainnya. Menginap di homestay memberikan kita pengalaman yang berbeda dibandingkan dengan menginap di hotel. Di homestay kita akan berinteraksi langsung dengan sang pemilik rumah sehingga suasana yang tercipta lebih hangat.

Hari minggunya, pengunjung yang bermalam di homestay akan mengikuti sesi Tea Walk mengeliling kebun teh Sarongge. Pak Dayat yang kebetulan memandu Tea Walk menjelaskan berbagai hal terkait kebun teh di Sarongge. Beberapa kebun terlihat kering lantaran serangan hama ulat. Berjalan-jalan di perkebunan teh yang sambung-menyambung memberikan kebahagiaan tersendiri. Apalagi langit pagi masih membiru dengan mentari yang belum terlalu terik. Usai berjalan-jalan di kebun teh, Pak Dayat menjelaskan tentang bagaimana membuat dan menghasilkan teh yang baik.

Tentang Festival




Sabtu pagi itu, salah satu atraksi yang menggoda untuk dilihat adalah karnaval Dongdang. Dongdang adalah sebuah replica saung kecil yang di pikul bersama-sama, diiringi oleh beragam longmarch mulai dari pelajar PAUD hingga sekolah menengah dan para warga. Tergambar jelas kreativitas warga dari karnaval ini. Beragam ide-ide unik dan menarik menjadi ciri khas warga Sarongge di Karnaval tersebut. Mereka tidak mengkhawatirkan menang atau kalah, karena kebersamaan dan kekompakan warga menjadi hal paling utama.

Malamnya, seni pertunjukka pencak silat menjadi penampilan yang menghiasi panggung. Kolecer atau baling-baling sederhana dari bambu berputar-putar kala di tiup angina paginya. Sebagian warga khusyuk dengan ‘Ngaruat Cai’ atau Ruwatan untuk mata air di Sarongge agar warga diberikan keberkahan dan keterlimpahan air untuk mengaliri perkebunan mereka.

Itulah tentang Sarongge, sebuah desa kecil di Cianjur, Jawa Barat. Minggu sore kami bergegas untuk kembali ke Jakarta. menyisakan lelah dan kenangan atas alam pedesaan yang selalu kami rindukan.

Depok, 4 September 2015
Bamsutris

Catatan : setelah sempat tertunda beberapa waktu akhirnya memaksakan diri untuk menuliskan cerita saat di Sarongge.

Thursday, September 3, 2015

Catatan Rumah Inspirasi MAB: Tentang Kebermanfaatan



Pukul 05.00 WIB

Ini pagi ketiga. Bukan pagi, tepatnya subuh. Aku merasa bersyukur melihat mereka semua sibuk dengan Al-qur'an masing-masing. Bersahutan satu sama lain. Memecah kesunyian yang biasanya sepi bak kuburan lantaran masih pada asyik terlelap.

Merekalah adik-adik yang coba kujaga dan kubina di rumah ini. Aku menyebutnya 'Rumah Inspirasi MAB karena disinilah aku belajar dari adik-adik ku.  Sejak awal dimulainya perkuliahan semester ini, beberapa waktu memang sudah kurencanakan akan mengadakan reformasi pembinaan. Ini mungkin satu hal yang bisa kulakukan untuk meningkatkan nilai tambah bagi mereka: membentuk kebiasaan-kebiasaan baik.

Setiap pagi di rumah inspirasi ini tak akan lagi sepi. Lantunan ayat suci Al-qur'an akan menjadi jadi pembuka untuk memulai hari baru, dilanjutkan dengan pembacaan hadits sahih Muslim. Sebelumnya, pun kucoba untuk membiasakan mereka pergi ke masjid, melaksanakan Sholat Subuh secara beejama'ah. Dua hal ini sebenarnya yang sedang kucoba bangun, menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan yang baik.

Maka pagi ini, meski sebenarnya bukanlah tugasku untuk bergabung dengan mereka, sebagai seorang kakak sekaligus supervisor aku sempatkan untuk hadir, memastikan bahwa mereka melakukan apa yang sudah mengisi jadi komitmen bersama. Dan di hari ini, aku merasa bersyukur karena program ini sudah berjalan. Namun, perlu kontinuitas agar tetap berjalan secara konsisten. 

'Sejatinya Kita adalah Da'i' Itulah salah satu kalimat yang kuingat. Maka, melalui mereka adik-adik di Rumah Inspirasi MAB aku coba bina untuk memberikan nilai lebih, bukan hanya sebagai penerima beasiswa, tetapi juga sebagai pribadi yang lebih bermanfaat.

Sedikit banyak aku juga belajar, untuk menjadi kakak bagi mereka sekaligus teman, keluarga dan supervisor yang akan menjaga mereka. Ini semua mungkin perlu dibiasakan dan dikuatkan dengan niat agar kebermanfaatan yang kehadirkan lebih barokah. Karena hidup bukan tentang banyaknya materi, tetapi keberkahan yang bisa kita dapatkan dari setiap aktivitas kita.

Depok, 2 September 2015
bamsutris
Connect