Tuesday, August 11, 2020

Pengalaman Mengurus Pensiun Janda Ibu di Taspen

Hari Tua via freepik.com

Bulan Agustus.

Bulan ini menandakan 6 bulan setelah Bapak meninggalkan kami. Secepat itu waktu berlalu. Entah bagaimana ibu melewati hari-harinya sekarang ini.

Kemarin, saya baru saja menemani ibu mengurus pengajuan pensiun jandanya di kantor Taspen pusat yang belokasi di Cempaka Putih. Ini kali ketiga saya menemani ibu kesini. Sebelumnya kesini sekitar akhir Januari sebelum pandemi COVID 19 ini mewabah.

Saya merasa bersyukur kedua orang tua mendapatkan pensiun tiap bulannya sehingga jaminan biaya hidup hariannya di hari tua terjamin. Bapak bukan PNS ataupun pegawai BUMN. Pensiun yang didapat Bapak berasal dari baktinya sebagai veteran pejuang kemerdekaan yang baru diurusnya sekitar 15 tahun yang lalu. Alhamdulillah, sejak itu tiap bulannya Bapak selalu mendapatkan uang pensiun atau jaminan hari tua hingga saat ini.

Sempat berpikir, ternyata memang penting sekali kita mempersiapkan dana untuk jaminan hari tua kita nantinya. Tidak melulu melalui Taspen tentunya. Saat ini ada banyak sekali bentuk untuk tabungan pensiun yang bisa kita persiapkan.

Besar uang pensiun yang diterima Bapak tidak besar. Seharusnya cukup untuk biaya hidup dan makan kedua orang tua, tanpa kebutuhan lainnya yang seharusnya tidak perlu. Sejak awal menerima hingga saat ini, besar uang pensiun yang diterima Bapak pun naik. Nilai yang tertera di SK saat awal menerima pun terasa kecil sekali untuk saat ini. Maklumlah, inflasi memang menggerus nilai mata uang perlahan. Namun, golongan pensiun veteran yang Bapak terima memang bukan main-main. Pasalnya, Bapak  merupakan penerima pensiun Veteran Golongan A, mungkin salah satu golongan paling tinggi.

Beberapa tahun lalu sejak masih kuliah S1, kalau tidak salah saya masih menjadi hak ahli waris dari penerima manfaat pensiun veteran Bapak. Jaminan kesehatan melalui askes pun diterima. Saat ini, statusnya hanya ibu saja.

-----
Sejak kepergian Bapak di Januari lalu, Ibu perlu ke Taspen untuk lapor diri menyampaikan berita kematian Bapak.

Tak lama setelah lapor diri, sebagai penerima pensiun Janda ibu mengurus berkas mengenai berita kematian Bapak untuk mendapatkan uang duka. Besarnya sekitar sekian juta. Saya mungkin tidak akan menyebutkannya secara langsung disini. Setidaknya uang tersebut cukup untuk biaya tambahan tahlilan yang digelar selama 7 malam sejak kematian Bapak.

Kemudian, setelah berita kematian disampaikan akan didapatkan surat mengenai pensiun terusan.

Jika seseorang penerima pensium dari Taspen meninggal dunia, maka janda/duda/ahli waris akan menerima pensiun terusan yang besarnya sama dengan pokok pensiun yang diterima sebelumnya selama 6 bulan sejak kematiannya.

Begitupun yang didapat Ibu. Sejak Februari hingga Juli kemarin, Ibu menerima pensiun terusan dengan pokok pensiun sama dengan yang diterima Bapak.

Awalnya sempat bingung karena besarannya berbeda. Ternyata, adanya dana kehormatan yang sudah tidak lagi diberikan karena almarhum Bapak telah tiada.

Nah, kemarin di awal Agustus ini saya menemani Ibu untuk mengajukan pembayaran pensiun Jandanya. Jika sebelumnya Ibu mengambil uang pensiun bulanan di rekening Bapak sebagai pensiun terusan, sejak bulan ini sudah berhenti. Makanya perlu diurus pensiun jandanya agar bulan ini mulai diberikan.

Sebelum ke Taspen, ada beberapa persyaratan yang perlu dilengkapi untuk pengajuan pembayaran KLIM pensiun Janda/Duda diantaranya :
  1. Formulir pengajuan pembayaran
  2. Formulir SPTB yang ditandatangani lurah
  3. Rekening Tabungan
  4. KTP
  5. Pas Foto
  6. KARIP Bapak
Di masa pandemi ini, pelayanan Taspen tetap buka namun dengan protokol kesehatan yang berlaku. Di gerbang sebelum masuk ke area, dicek suhu tubuh meskipun kita berada di dalam mobil. Kemudian sebelum memasuki gedung layanan, di lobby di cek kembali suhu tubuh dan dipersilakan untuk mencuci tangan di wastafel yang tersedia.

Di dalam pun kondisinya sama. Kursi antrian dibuat berjarak.

Sejauh ini pelayanan Taspen memang oke seperti pelayanan di Bank pada umumnya. Ramah, cepat dan jelas alurnya.

Saya dan Ibu tiba di Taspen sekitar pukul 11 siang, alhamdulillah sebelum istirahat siang sudah selesai semua prosesnya.

Loket A untuk informasi
Loket C untuk pengajuan KLIM

Ibu mengantri untuk panggilan di loket C. Stafnya ramah menjelaskan. Ibu diberikan bukti untuk proses pembayaran pensiun yang akan diproses di hari esoknya dan stafnya memberitahu bahwa besok sore InsyaAllah dana pensiun sudah masuk ke rekening. Selain itu, Ibu juga mendapatkan KARIP yang baru atas nama dirinya.

Jumlah pensiun Janda yang diterima ibu tiap bulannya Alhamdulillah lebih dari cukup. Ia menuturkan bahwa ia sering menemui orang-orang yang mendapatkan pensiun yang lebih kecil dari yang akan ia dapatkan tersebut. Itu yang seharusnya membuatnya lebih bersyukur.

-----
Teringat kembali mengenai salah salah satu tujuan finansial planning yang salah satunya bisa untuk pensiun. Apakah untuk pensiun hari tua atau pensiun dini jika memang dirasa cukup dana yang dimiliki. Seperti yang dilakukan seorang Raditya Dika yang bercerita di beberapa podcastnya mengenai rencananya untuk pensiun dini, dan akhirnya saat ini dana pensiunnya telah tercapai.

Yuk, mumpung masih muda mari kita persiapkan dana pensiun hari tua kita!

Thursday, July 30, 2020

Belajarlah di Luar Negeri untuk Kembali Membangun Indonesia

Beasiswa StuNed MAB Talks
Beasiswa StuNed via Indy Hardono

Melanjutnya pengalaman yang didapat dari serial MAB Talks yang diadakan awal bulan ini, sempat tertunda karena beberapa hal.

Setelah sebelumnya membahas mengenai Life after Campus dan Engineering Career, kali ini adalah sesi tentang scholarship sharing. Awalnya kepikiran ingin mengundang salah satu teman yang mendapatkan LPDP, tetapi rasanya terlalu mainstream. Akhirnya, pilihan pertama mengundang kembali Bu Indy Hardono, salah satu alumni FTUI yang saat ini menjadi koordinator tim Beasiswa StuNed.

Lalu, kepikiran ingin menghadirkan satu orang tambahan dari sisi awardee agar didapat dua sisi pandangan. Atas rekomendasi seorang teman, junior di Teknik Elektro ternyata ada yang mendapatkan beasiswa dari USAID Prestasi. Namanya Maryam Muthiah, Teknik Elektro 2011.

Akhirnya, lengkaplah formasi pembicara sesi Scholarship Sharing ini yang menurut saya lain daripada sesi sharing lainnya.

----
Sabtu pagi itu, 4 Juli 2020 serial MAB Talks Special sesi 3 dilangsungkan dengan pembicara Bu Indy Hardono dan Maryam Muthiah.

Sekilas mengenai pembicara :
  • Bu Indy Hardono, alumni TGP'86. Saat ini beliau adalah ketua tim Beasiswa StuNed. Beliau merupakan kolumnis di Kompas. Baru saja menerbitkan buku berjudul Eureka di Negeri Seberang.
  • Maryam Muthiah, alumni Teknik Elektro 2011. Mendapatkan Beasiswa dari USAID Prestasi di Bidang Renewable Energy di University of Illinois, Urbana-champaign. Saat ini bekerja sebagai Renewables Energy Technical Specialist di NZ-MATES

Indy Hardono MAB TalksMaryam Muthiah MAB Talks

Itulah mengenai pembicara yang sharing dalam sesi MAB Talks ini. Sebelumnya, Bu Indy pernah sharing di Rumah Inspirasi MAB, namun sesi kali ini terasa begitu special dan penuh semangat. Sebagai moderator, saya belajar banyak dari mereka berdua.

Berikut apa yang mereka sampaikan yang bisa saya rangkum.

Satu hal yang saya ingat dari Bu Indy adalah sebelum kita memulai untuk melanjutkan kuliah di luar negeri, kita harus menemukan tujuan kita kesana untuk apa.

Belajarlah di luar negeri untuk kembali pulang Membangun Indonesia


Beliau membuka dengan mengutip perkataan Prof. BJ Habibie "Berawal di akhir, dan berakhir di awal". Your destination is your starting point.

Saat ini, begitu banyak beasiswa untuk studi ke luar negeri. Ada LPDP, stuNed, Fullbright, AAS, Erasmus, Chevening, dll.

Kira-kira, tipe orang seperti apa yang akan terpilih?
Mereka biasanya Motivated, Prepared and Persistent.


Mengapa masih banyak yang gagal?
  • Deadliners
  • Dokumen tidak lengkap
  • Tidak mengikuti instruksi yang diberikan
  • Mispersepsi dan keliru tentang kriteria yang dibutuhkan

Apa yang harus dilakukan ?
  • Mencari informasi dari sumber terpercaya
  • Melakukan riset
  • Persiapkan diri dengan baik

Beberapa persiapan yang perlu dilakukan :
  • English Profiency (IELTS, TOEFL)
  • CV
  • Motivation statement
  • Employer statement
  • Reference letter

Menurut Bu Indy Hardony, ketika apply scholarship itu ibarat fulfilling requirement dan meeting criteria. Kita harus tahu tiap beasiswa requirement yang dibutuhkan apa saja, diberikan oleh siapa dan untuk siapa, prioritas areanya kemana.

Sehingga, apa yang perlu dilakukan ketika akan apply sebuah beasiswa?

Persiapan Apply Beasiswa S2 Luar Negeri
Persiapan Apply Beasiswa S2 Luar Negeri via Indy Hardono

Scholarship is not only about how and what, but it also about why.
Why is about motivation. Application is about you, not others.

-----

Selanjutnya dari paparan Maryam Muthiah

Dengan esensi yang sama seperti dimulai oleh Bu Indy Hardono, kali ini Maryam memulai dengan mengutip quote  dari Pramoedya Ananta Toer : "Orang bilang ada kekuatan-kekuatan tak terduga yang bisa timbul pada samudera, pada gunung berapi, dan pada pribadi yang tahu benar akan tujuan hidupnya"

Start from the End. Memulai dari akhir.

Start with Shy Simon Sinek
Start with Shy Simon Sinek via Maryam Muthiah

Mengutip Simon Sinek dengan "Start with Why"
Why untuk menemukan tujuan
How untuk mengetahui prosesnya dan
What untuk mengetahui apa yang dilakukan

Kemudian kita perlu Define Goal dalam jangka pendek ataupun jangka panjang.

Ketika kita ingin melanjutkan studi S2, sebenarnya itu hanyalah tujuan jangka pendek yang ingin kita capai. Kita harus menemukan sebenarnya apa tujuan jangka panjang dari hidup kita. Setelah S2, lalu apa? Studi S2 hanyalah bagian dari anak tangga kehidupan kita, bukan tujuan hidup.

Bagaimana mempersiapkan diri untuk mendapatkan Beasiswa S2?
  1. Mapping the plan meliputi fokus pada program yang kita minati, mencari sebanyak mungkin informasi yang dibutuhkan hingga membuat target dan timelinenya sendiri.
  2. Mastering the preparation meliputi persiapan bahasa inggris (TOEFL, IELTS), persiapan keuangan misalkan untuk bayar biaya pendaftaran dahulu, tes IELTS, mentorship dengan orang yang pernah mendapatkan beasiswa untuk memberikan feedback aplikasi kita, dan cari peer grup yang memiliki tujuan sama agar bisa terus semangat karena atmosfernya sama.
  3. Mastering the Application meliputi Memahami beasiswa yang akan dipilih (pihak pemberi beasiswa, tujuan, prioritas), mengekplor diri kita mulai dari pengalaman hingga rencana masa depan, dan terakhir hubungkan apa yang kita punya (pengalaman, rencana) dengan program beasiswa yang ditawarkan.
  4. Paling penting: Review, Review and Review!

Mengutip Steve Jobs "Don't be afraid to ask for Help!"

No matter how hard and impossible it is, never lose sight of your goal (Monkey D Luffy)


Success in not final. Failure is not fatal: It is the courage to continue that counts. (Winston Churchill)


-----

Semoga rangkuman ini bisa bermanfaat.

Apabila ada hal lebih lanjut yang ingin ditanyakan, silakan tinggalkan komentan atau hubungi saya melalui kolom kontak yang tersedia.

Salam,
@bamsutris

Wednesday, January 13, 2016

The Lowest Point : Mungkinkah Kita untuk Bangkit Kembali?

cause allah is always by your side

Aku menyebutnya titik keterpurukan atau the Lowest Point. Disaat diri ini hilang arah, tak bisa membedakan mana benar dan salah, tak ada lagi rasa bersalah, hilang harapan untuk melanjutkan hidup, bahkan ibadah pun dilalaikan. Itulah titik keterpurukan bagiku.

Dalam kesendirian iman kita kadang diuji.

Seberapa taatkah diri kita atau mungkin seberapa munafik kah diri kita? Kesendirian menghadirkan diri kita yang sejati, apa adanya tanpa bumbu kepura-puraan. Aku beberapa kali belajar untuk lepas dari jerat godaan kesendirian yang memabukkan, bahkan menghilangkan iman.

Jika aku terjatuh dalam titik keterpurukan, mampukah aku untuk Bangkit kembali? Ada banyak orang yang mengalami fase ini, lalu hilang semua rasa keyakinan dalam dirinya seolah ia hidup segan mati pun tak mau.

Don't lose hope! Keep fight! Cause Allah is always by your side!

Seberapa pun diri kita terjatuh dalam titik terendah, yakinlah selalu ada Allah di sisi kita. Ia bahkan lebih dekat dari urat nadi kita. Kita selalu memiliki tumpuan untuk kita bersandar di saat kita hilang arah.

Keep fight! Bukan berapa kali kau jatuh dalam titik terendah, fase terpuruk. Tetapi, seberapa banyak kau sanggup untuk Bangkit kembali, menatap masa depan dengan keyakinan yang selalu kau pegang.

Di titik terendah yang mungkin akan kau lalui nanti, yakinlah untuk terus bangkit. Jangan terlalu lama meratap keterpurukan, seolah tak ada lagi harapan. Bangkitlah. Harapan panjang masih terbentang!

p.s. Pengingat diri untuk terus bangkit.

Sunday, January 10, 2016

Hidup Hanya Sekali, Lalu...

hidup hanya sekali
Hidup hanya sekali via osolihin.wordpress.com
Hidup ini mungkin absurd bagi mereka yang tak memiliki arah kemana mereka harus melangkah. Hidup ini bisa jadi sangat menyilaukan dan penuh kesenangan bagi mereka yang lupa bahwa ada bekal yang harus dipersiapkan selama kehidupan ini. Hidup ini mungkin saja gelap dan penuh kesedihan bagi mereka yang memandangnya dengan air mata.

Satu hal yang pasti, hidup ini hanya sekali. Tak pernah akan berulang. Mungkin pula bagi mereka yang mempercayai adanya reinkarnasi bahwa hidup akan berulang kembali. Ya, tetapi hidup setelah reinkarnasi bisa jadi tidaklah sama dengan apa yang dijalani sebelumnya. Totally different! Hal itu mungkin tergantung dengan apa yang dilakukan selama hidup di kehidupan sebelumnya. Artinya hidup walau bagaimanapun tetap hanya sekali dan takkan pernah berulang. Maka dari itu, di hidup yang hanya sekali ini kita harus berusaha melakukan yang terbaik. Be the best we can do!

Kalo kata Fahrizal Muhammad, "Sekali Hidup, Sepenuh Hati". Kita harus bersungguh-sungguh melakukan yang terbaik dalam fase kehidupan yang sedang kita jalani saat ini. Berusaha sepenuh hati mengisi hidup menjadi lebih bermakna. Beda lagi kata Andrias Harefa, "Hidup Cuma Sekali, Mesti Sukses Dong!". Hidup yang hanya sekali ini semestinya tidak kita sia-siakan. Kita harus membuat kehidupan kita menghasilkan kesuksesan.

Meski kita kerap sekali menghadapi berbagai masalah yang menghampiri, membuat kita seakan putus harapan bahwa tak ada lagi kesempatan yang kita punya. Tetapi, tidak seharusnya membuat kita menyerah dan berputus asa dari kehidupan ini. Kita harus terus berjuang. Fight till the end! Kita harus menyelesaikan misi hidup kita sebelum kita kembali, sebelum kita dimintai pertanggungjawabannya.

Jika berhitung, diusia kita yang menginjak bilangan tahun, sudah sejauh mana kita bersungguh-sungguh menjalani kehidupan ini? Sudah sejauh mana usaha yang kita lakukan untuk membuat hidup kita menjadi penuh makna, bermanfaat untuk yang lainnya? Sudah sejauh mana persiapan yang telah kita lakukan sebelum masa kita habis? 

Mari kita memulai untuk menjadikan hidup ini lebih bermakna! 

Depok, 8 Januari 2016
Bamsutris


Ps. Catatan ini menjadi pengingat bagi penulis untuk terus menjadikan hidup ini lebih bermakna. 

Friday, January 8, 2016

Catatan Perjalanan : Pesona Alam Sukabumi bagian Selatan

Kawasan Geopark Ciletuh
Dok. Pribadi
Kabupaten Sukabumi merupakan Kabupaten terluas kedua di Pulau Jawa setelah Kabupaten Banyuwangi di Jawa Timur. Dengan luas lebih dari 4000 km persegi ini, Kabupaten Sukabumi menyimpan pesona wisata yang sungguh mempesona. Bentang alam yang didominasi oleh bukit dan pegunungan dari utara hingga selatan dan dibatasi oleh Samudera Hindia secara langsung di bagian selatan menjadikan Kabupaten Sukabumi menyimpan pesona alam yang tidak terlupakan.

Pekan liburan Natal tahun 2015 ini, aku menghabiskannya di rumah salah seorang teman, lebih tepatnya adik kelas, Saifan, Teknik Perkapalan 2012 yang juga merupakan salah satu penghuni Pondokan MAB. Hari itu, Selasa, 22 Desember 2015, tepat saat hari ibu kami berangkat ke Sukabumi menuju rumah Saifan yang terletak di daerah Pelabuhan Ratu. Untuk mencapai kesana kita bisa menggunakan bis Jurusan Bogor-Pelabuhan Ratu yang didominasi oleh operator bus MGI. Saat ini harga tarifnya sekitar Rp 45,000.

Setelah perjalanan kurang lebih empat jam, kami akhirnya tiba di Terminal Pelabuhan Ratu. Sama seperti terminal kebanyakan, Terminal Pelabuhan Ratu menjadi pusat moda ekonomi Kabupaten Sukabumi bagian selatan. Pasar, Ruko-ruko, pelabuhan, terminal semua menjadi satu. Dari terminal, kami melanjutkan perjalanan ke Kecamatan Cisolok ke arah barat hingga hampir mencapai perbatasan Banten. Cisolok adalah kecamatan terujung dari Kabupaten Sukabumi sekaligus wilayah perbatasan Banten dan Jawa Barat.

Menaiki angkot biru dari Terminal Pelabuhan Ratu menuju Terminal Cisolok, aku dikejutkan dengan bentang alam Kabupaten Sukabumi yang memang mempesona. Pesona Samudera Hindia di kala senja ditambah bukit-bukit yang dibelah oleh jalan menyajikan pengalaman yang tiada duanya. Skeitar hampir satu jam kami menaiki angkot akhirnya kami tiba di terminal Cisolok yang merupakan rute akhir angkot. Kami harus menaiki Ojek untuk mencapai rumah Saifan yang letaknya dekat dengan Pantai Pejagan.
-----

Nelayan dan Ikan Segar

Rumah Saifan terletak tak jauh dari bibir pantai. di kejauhan terlihat perahu-perahu nelayan yang bersandar di bibir pantai. Suara ombak bergemuruh memecah kebisuan. Sebagian besar penduduk kampung tersebut adalah Nelayan. Tak jauh dari situ sebuah tempat pelelangan ikan menjadi tempat yang dituju Nelayan untuk menjual hasil tangkapannya.

Tak seperti di Depok yang jauh dari laut, di sini sangat mudah mendapatkan ikan segar. Malam itu selepas kami tiba, Ayahnya Saifan membelikan kami ikan Tongkol dan membakarnya sebagai santapan makan malam. Perut kosong dipadu dengan kesegaran ikan bakar dan baksound ombak yang menderu membuat semakin lahap menikmati makan malam saat itu.

Di kejauhan bukit-bukit menjulang menambah keindahan panorama. Pantai Pejagan meski tak menjadi tujuan wisata, namun pantai ini menjadi tumpuan penduduk kampung untuk melaut. Kapal-kapal nelayan yang terdampar di bibir pantai menjadi saksi bisu keringat yang tiap hari harus diperas oleh Nelayan. Dermaga yang nampak belum selesai memecah debur ombak menggiring nelayan untuk kembali merapat. berbatasan dengan Pantai Pejagan, Pantai Karang Bong yang juga banyak dipenuhi oleh Kapal-kapal Nelayan.
-----

Surga di Bagian Selatan (1)

Hari pertama rencana perjalanan kami adalah menuju kawasan Geopark Ciletuh. Kami mendapati gambar yang tak biasa saat browsing di internet. Pesona yang memanggil untuk dikunjungi. Pagi itu, dengan menebeng mobil salah seorang teman Ayahnya Saifan, kami berangkat menuju Kawasan Geopark Ciletuh. Perjalanan dari Cisolok menuju ke arah timur menyusuri pantai hingga melewati Pelabuhan Ratu, lalu terus hingga ke selatan memasuki kawasan pegunungan Jampang.

Aku terpesona oleh bentang alam yang menakjubkan. Berkelok tiada henti, sebelah kanan tebing dan sebelah kiri jurang dengan pemandangan yang tiada duanya.melewati kawasan pegunungan ini seakan tiada henti kelokannya. Mungkin bagi pengendara yang belum terbiasa akan kewalahan melalui rute seperti ini. Bahkan bagi penumpang pun wajib mempersiapkan diri agar tidak mabok dalam perjalanan.

Lebih dari tiga jam perjalanan melewati jejeran bukit-bukit di pegunungan Jampang, akhirnya kami tiba di kawasan Geopark Ciletuh. Awalnya kami tidak menyadari bahwa kami telah tiba di kawasan Geopark Ciletuh sebelum akhirnya bertanya kepada penduduk asli sana. Kami pun dibuat kebingungan akan tujuan kami. Apalagi sangat susah mendapatkan sinyal komunikasi untuk mengecek lokasi kami.

Seperti yang kami sebelumnya telah browsing, kami memutuskan untuk menuju Curug Awang. Lokasi curug ini cukup tersembunyi. Hanya ada papan nama kecil yang kurang menarik perhatian. Kami sempat terlewat hingga akhirnya balik lagi menuju Curug Awang.

Curug Awang di Geopark Ciletuh
Dok. Pribadi

Curug Awang menjadi primadona di kawasan Geopark Ciletuh. Curug ini terletak di aliran Sungai Ciletuh yang mengalami penurunan permukaan tanah akibat adanya patahan (tanah yang turun) sehingga mengakibatnya terbentuknya tebing dengan ketinggian mencapai 20 m. Curug Awang memiliki penampungan yang luas. Jika airnya banyak karena habis hujan, air terjun yang terbentuk bisa menutupi hampur seluruh bagian tebing. Di musim kemarau biasanya hanya sisi sebelah kiri yang dialiri air.

Ada tiga air terjun di sepanjang Sungai Ciletuh ini. Selain Curug Awang, ada Curug Tengah dan Curug Puncak Manik. Namun, Curug awang memiliki ketinggian dan penampungan yang lebih besar diantara ketiganya. Aku dan Saifan sempat mengambil foto dari atas Curug Awang. Terhampar pemandangan yang luar biasa, meski agak ketir lantaran takut tiba-tiba sungai meluap. Di depan membentang sawah teras sering dan tebing yang membatasi aliran sungai.

Waktu itu hari selasa sehingga Curug tidak ramai dikunjungi. Bahkan, mungkin awalnya hanya kami berdua yang berkunjung. Tak ada penarikan tiket masuk, atau mungkin karena hari itu tak banyak pengunjung yang datang sehingga tak ada yang menarik uang masuk. Entahlah...

Setelah puas berfoto dari atas Curug Awang, kami menuju ke bawah untuk mendapatkan pemandangan penuh Curug Awang. Jalan yang kami lalui cukup berat. Sebuah kabel baja sebagai pegangan untuk ke bawah sangat membantu karena kemiringan yang hampir 60 derajat. Bahkan jalan menuju ke bawah belum dibuat berundak. Maka akan sangat menyulitkan bila tidak mengenakan alas kaki yang memadai. Saat itu aku mengenakan sandal selop sehingga cukup menyulitkan saat akan naik ke atas, apalagi sandal yang basah dan licin karena percikan air.

Dari bawah kita bisa melihat Curug Awang secara jelas. Percikan air yang tersaput angin membuat udara terasa sejuk meski cuaca saat itu sedang panas. Penampungan air yang kecoklatan membuat tak ada seorang pun yang diizinkan untuk berenang. Tebing-tebing kecoklatan berpadu dengan derasnya debit air membuat Curug Awang tampak begitu indah. Puas menikmati Curug Awang, kami kembali ke atas untuk melaksanakan Sholat Zuhur dan menuju rute berikutnya.
-----

Surga di Bagian Selatan (2)

We have no idea where should we go next!
Satu hal yang pasti, tadi sebelum menuju ke Curug Awang saat melewati jalan besar, tak sengaja mata menangkap pemandangan yang luar biasa. Meski hanya sekilas, namun kesan itu tak hilang. Lembah itu... kesanalah tujuan kami selanjutnya. Sekitar pukul empat sore nanti kami akan dijemput kembali. Maka itu, kami berjalan kaki menuju lokasi yang ingin kami tuju. Sebuah pendopo hijau di kejauhan menjadi titik yang perlu kami tuju. Kami berjalan menyusuri jalan-jalan yang sepi. Perkebunan sawit, kayu, kelapa mendominasi.

Setelah berjalan sekitar satu jam dari Curug Awang, kami tiba di lokasi yang kami tuju. Tak salah memang apa yang kami lihat tadi. Kami berdecak kagum tak henti melihat karunia Tuhan yang luar biasa. Seakan kata tak mampu untuk mengungkap keindahannya.

Lembah hijau itu... Ya, di depan kami terhampar lembah hijau menghampar nan luas. Petak-petak sawah yang berjejer rapi. Bukit-bukit menghijau yang melingkungi sempurna lembah ini. Kilauan biru laut yang berkilat-kilat diterpa sinar matahari. Teluk Ciletuh yang menjadi muara dari sungai-sungai yang berkelok disini. Dikejauhan, tenang Curug-curug mengalir sempurna, putih dari kejauhan. Puncak Dharma yang menjulang menghadap Samudera Hindia. Memang cara terbaik menikmati kawasan Geopark ini adalah dengan membawa motor off road atau jeep. Tetapi, bagiku berjalan kaki lebih dari cukup untuk menikmati itu semua.

Kami berdiri di tepi jurang. Memandangi pesona alam yang tiada duanya. Seakan hanya kedamaian yang terasa. Kami lalu berjalan menyusuri alang-alang. Sebuah batu menjulang persis di tepi jurang. Sore itu, Lembah ini menjadi daya tarik kami. Sebuah surga tersebunyi yang tak banyak orang yang tahu (mungkin sadar). Terima kasih atas karunia-Mu, Ya Rabb. Kami akan menjaga alam Indonesia yang indah ini.

Amphitheater Geopark Ciletuh
Dok. Pribadi
-----

Lanjut ke Bagian 2

Tuesday, December 22, 2015

Ibu, yang Pertama Kali Membuatku Cemburu

Selamat Hari Ibu
I Love You, Mom! Selamat Hari Ibu!

"Yah, ini kenapa begini kamarnya Mah?" Aku kaget melihat kamarku yang sempit menjadi semakin sempit karena sebuah tempat tidur king size dipaksakan masuk. Sempit dalam artian sebenarnya. Kamarku hanya 3x2,5 meter. Lemari dua pintu dan lemari buku turut serta dan hanya bisa dibuka sebagian pintunya.

Aku marah. Meluapkan kekesalan dengan menutup pintu keras, tak ramah.

"Banyak rayap di bawah kasur. Buku-buku habis dimakan rayap." Ibuku mencoba menjelaskan.

Aku tetap tak mempedulikan.

Malam itu sejatinya aku lelah dan ingin beristirahat setelah beraktivitas seharian di sebuah acara di Jakarta Convention Center. Namun, melihat keadaan kamarku yang demikian, rasa lelahku seketika hilang dan berubah jadi amarah. Entah apa yang hinggap di kepalaku malam itu. Aku marah pada ibuku sendiri. Mungkin setan sedang hingga di diriku malam itu. Atau mungkin pula ini adalah bentuk pendaman amarah yang selama ini kupendam rapat, lalu ia meledak di saat yang tidak terduga. 

"Ibumu sudah merapikan kamarmu, Bang. Seharusnya kamu berterima kasih." Ayahku mencoba menjelaskan. Aku tetap dalam amarahku.

Tetapi, malam itu aku tetap terdiam. Rasa kantukku hilang. Aku berbaring kaku. Mata sulit terpejam. Dadaku meluap-lupa karena amarah, pikiranku menjalar mencari beragam alasan untuk membenarkan tindakan. Namun, Air mataku menetes. Ada rasa sesal yang diam-diam menghinggapi. Aku seperti kembali menjadi anak kecil. Meluapkan amarah yang seharusnya tak kubiarkan meledak. Akupun tak habis pikir bisa marah pada Ibu hanya karena masalah sederhana.

Tak berselang lama, adikku mengirim pesan agar aku meminta maaf pada ibu. Mungkin memang seharusnya aku meminta maaf pada ibu. Itulah terakhir kali aku merasa membuat kesalahan besar pada ibu, mungkin telah membuatnya menangis malam itu. Aku berjanji dalam diri untuk tidak lagi meluapkan amarah di depannya, apalagi terhadapnya.
-----

Ibu adalah orang yang pertama kali membuatku patah hati. Ibu menjadi cinta pertamaku, juga cinta sejatiku. Sejak ibu dan ayah memutuskan untuk pindah ke Indramayu pada 2010 lalu, aku seperti kehilangan cinta yang selama ini bersemayam di lubuk hatiku. Namun, ia berubah menjadi rindu. Ya, aku selalu rindu saat-saat bersama ibu.

Aku seperti anak bungsu dari ibuku kini. Aku yang sering ditunggu kehadirannya di rumah ketika ia sedang ke Jakarta, berharap anak bujangnya sedang ada di rumah menyambutnya dengan senyuman khasnya. Aku rindu ketika di ujung telepon ia menjawab dengan khas suaranya, "Assalamualaikum, kamu di rumah Bang?"

Aku rindu ketika mengantar ibu kembali pulang, meskipun hanya menunggu hingga ia mendapatkan bis di Plumpang. Aku yang selalu bilang "Gak apa-apa mah, siang kog kuliahnya"  padahal aku rela tidak masuk kelas untuk memastikan ia mendapatkan bis untuk pulang.

Aku rindu saat Ibu repot menyiapkan bekal bawaan untuk dibawa pulang anaknya, lalu dengan santainya kukatakan, "Gak usah mah, di sana juga gak ada yang makan". Namun, ia tetap memasukkan bekal tersebut untuk dibawa pulang anaknya.

Aku rindu ketika Ibu bilang "Biar Mama yang bawa tasmu, kamu jalan aja", sembari mengantarkanku hingga ke tepi jalan dan memastikan aku mendapatkan bis dan selamat hingga ke Depok.

Ibu yang pertama kali membuatku cemburu takut kehilangan kasih sayangnya lantaran ia lebih peduli pada adik kecilku, dan aku menganggapnya tidak adil. Ia yang selalu membela adikku daripada aku sendiri. Ia yang selalu membela teman-temanku daripada aku sendiri, padahal mereka yang jelas salah.

Disitulah aku baru menyadari, ia sedang mendidikku untuk menjadi orang lebih kuat, bisa mengalah, lebih bijak, dan sabar. 

Sejatinya mungkin akulah anaknya yang paling ia banggakan. Akulah yang paling ia harapkan. Akulah tumpuannya kini. Lalu, mengapa aku sekarang seperti menjauh darinya di saat ia butuh kehadiran anak bungsunya? Seakan aku menutup rapat cerita padanya disaat ia ingin  mendengar cerita dari putra kesayangannya?

Mah, aku akan telepon Mama pagi ini... 
Selamat hari ibu, Ma. Terima kasih untuk segalanya, Ma... 


Depok,
22 Desember 2015,

Dari anak mu
yang (belum) berbakti padamu.. 

Sunday, December 20, 2015

Surat Cinta untuk Adik-adik di Rumah Inspirasi MAB

Bersama adik di Rumah Inspirasi MAB 


“Kita mungkin awalnya bukan siapa-siapa, tak saling kenal satu sama lain. Lalu, di keluarga baru ini kita disatukan. Hidup bersama dengan orang yang belum pernah kita kenal tidaklah mudah. Sikapmu yang terkadang egois awalnya membuatku kecewa, atau mungkin tingkahku yang childish yang membuatmu risih. Namun, disitulah kita sama-sama belajar untuk menumbuhkan empati dalam diri kita masing-masing, menganggap itu sebagai bagian dari keunikan diri kita masing-masing. Karena disinilah aku dan kamu sama-sama belajar untuk menginspirasi dan berprestasi di rumah kecil yang kita sebut ‘Rumah Inspirasi MAB’”
----

Dear MABers, 

Terima kasih atas kebersamaan yang telah kita jalin bersama di semester ini. Ada banyak cerita yang mungkin telah kita lalui bersama di Pondokan MAB. Terima kasih untuk inspirasi, prestasi dan semangat yang telah kau hadirkan di rumah kita tercinta. Gelak tangis, canda tawa yang mengisi hari-hari kebersamaan kita. Semua akan tersimpan indah menjadi kenangan perjalanan hidup yang takkan terlupakan. Dari setiap pertemuan, tentu ada perpisahan yang akan mengakhiri itu semua. Meski di semester mendatang kita tak lagi bersama, namun kau tetaplah bagian dari keluarga kami di ‘Rumah Inspirasi MAB’… 

Terima kasih untuk partisipasi aktifnya membangun Rumah Inspirasi MAB menjadi lebih hidup di semester ini, meski banyak juga pelanggaran peraturan yang telah ditetapkan. Boys will be boys, and so the girls… Kalian tetaplah yang terbaik… 

Teruslah menginspirasi bagi kami dan menorehkan banyak prestasi dimanapun berada. Semoga apa yang kalian cita-citakan bisa tercapai. Salam hangat untuk keluarga dan orang-orang tercinta di rumah. See you… 


Depok, 19 Desember 2015, 

Rumah Inspirasi MAB

Thursday, December 17, 2015

Sudahkah kita Selesai dengan Diri Kita Sendiri?

Selesai dengan diri sendiri
Selesai dengan diri kita sendiri via ilmanakbar.wordpress.com
Aku sedang berdiri di kereta comuter menuju stasiun kota. Waktu masih menunjukkan pukul 9 lebih 20 menit. Tak cukup padat pagi ini. Mungkin sudah banyak yang cuti kerja. Satu hal yang terlintas di pikiran pagi ini,  "Have you done with yourself?

Terkadang kita lupa, kita perlu berhenti sejenak dari rutinitas yang (sungguh) melelahkan, menyita hampir semua waktu yang kita punya. Lalu, kita lupa bahwa diri kita punya hak untuk diperhatikan: mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, istirahat yang cukup, pengembangan diri, ibadah, hiburan, dsb.

"Have you done with yourself?" Aku pernah membaca di sebuah blog bahwa hanya mereka yang telah selesai dengan dirinya lah yang mampu menorehkan prestasi yang cemerlang. Aku sedikit banyak setuju dengan pendapat ini. Mungkin inilah yang terkadang sering kita lupakan. Ketika kita sibuk mengurusi berbagai hal untuk orang lain, sibuk dengan urusan yang bahkan kita sendiri tak tahu untuk apa dan lain sebagainya, apakah kita sudah menyelesaikan tugas kita sebagai seorang manusia secara pribadi untuk diri kita sendiri, apakah orang-orang terdekat kita sudah merasakan kebermanfaatan dari diri kita

Akhir-akhir ini aku merasa sangat kelelahan mengikuti ritme kehidupan yang bergerak cepat. Seakan aku perlu waktu untuk berhenti sejenak. Dari situlah aku menyadari (mungkin) banyak hal yang belum aku selesaikan untuk diriku sendiri. Aku perlu berhenti sejenak, menyelesaikan apa yang menjadi hak diriku untuk segera diselesaikan.
-----

"Have you done with your self?" Terkadang aku merasa kagum dengan orang-orang yang telah selesai dengan dirinya sehingga ia bisa total melaksanakan amanah yang diembannya. Semua tugas yang ia kerjakan nyaris tanpa cela. Tak ada pikiran tak fokus karena terbagi dengan urusan dirinya yang belum selesai.

Kita mungkin selalu bisa menjadi orang yang selesai dengan diri kita, menyelesaikan semua itu lalu menembarkan manfaat untuk sekitar kita. Yang kita perlukan hanyalah managerial waktu yang baik. Lekas selesaikan urusan dengan diri kita sendiri, lalu berbagi kebermanfaatan dengan orang-orang sekitar kita

Sekedar pikiran di pagi ini...
Di Commuter line Depok-Jakarta,
16 Desember 2015
Bambang Sutrisno

Wednesday, November 18, 2015

Belajar dari The Miracle Morning

" 'Life's too short' is repeated often enough to be a cliche, but this time is true. You don't have enough time to be both unhappy and mediocre. It's not just pointless, it's painful." (Seth Godin)
Turning point. Setiap manusia mungkin akan mengalami masa dimana ia akan merasa perlu untuk mengatur ulang hidupnya. Itulah turning point. Setiap orang mungkin memiliki turning point yang berbeda-beda.
Hal Elrod, pengarang the Miracle Morning mengalami turning point dalam hidupnya setelah ia mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya. Saat itu, ia sedang berkendara bersama temannya dalam keadaan mabuk. Malang tak dapat dihindari, mobil yang ia kendarai masuk ke jurang. Sebagian besar tulangnya patah, ia mengalami mati selama beberapa detik sebelum akhirnya tim medis bisa menolongnya.
Dari situ, Hal Elrod mulai mengisi hidupnya untuk lebih bermakna. Potensi dirinya melejit. Dari karyawan biasa menjadi luar biasa hingga mencetak rekor penjualan di perusahaannya. Apa rahasianya?

Menurutnya, level kesuksesan seseorang akan sebanding dengan pengembangan diri yang terus dilakukan. Kita tak akan mungkin menjadi seorang manajer yang sukses jika kita tak pernah menyiapkan diri kita untuk menjadi seorang manajer. Lebih jauh, Elrod mencoba terus mengembangkan dirinya, meski tuntutan pekerjaan membuatnya lebih sibuk.

Dari situlah ia mencetuskan ide untuk memanfaatkan waktu paginya sebaik mungkin. Ia menyebutnya; The Miracle Morning. Berbeda dari kebanyakan buku motivasi, the Miracle Morning banyak menawarkan latihan yang patut kita coba dalam hidup kita. Namanya juga sebuah ajakan, jika kita sendiri tidak mencobanya, maka ajakan itu akan tetap sama dengan lainnya.

Nah, sebenarnya sebagai muslim tentu banyak dari kita yang sudah mempraktekkan the Miracle Morning ini. Namun, belum efektif apa yang telah kita lakukan. Misalkan seberapa banyak halaman yang telah kita baca di pagi hari usai menunaikan ibadah subuh? Adakan catatan harian yang kita tulis? Apakah kita sempat berolahraga? Dsb.
#####

Belakangan ini, setelah membaca buku the Miracle Morning mencoba mempraktekkan apa yang ada di dalamnya. Benarlah kata Hal Elrod, kalau kebanyakan orang membaca buku hanya untuk pengetahuan saja tanpa dipraktekkan. Mindset itu yang sebenarnya harus kita ubah.

Ini sudah hari kesekian dalam agenda pribadi saya mencoba mengefektifkan waktu pagi. Benarlah kalau waktu pagi selalu dikaitkan dengan keberkahan. Ketika kita mulai hari baru dengan suasana yang lebih semangat dari biasanya.

Meski belum mengalami turning point, atau mungkin sudah dan tidak menyadarinya, saya belajar untuk berusaha lebih konsisten menjadi pribadi yang terus mengembangkan diri saya.

Bismillah.

Depok, 18 November 2015

Tuesday, September 15, 2015

Cerita tentang Syukur: Merasa Cukup dengan Apa yang Kita Miliki Saat ini

Cerita tentang Syukur
Bersyukur via http://annur2.net

Dalam hidup, seringkali kita merasa hidup orang lain lebih enak daripada hidup yang kita jalani. Mereka yang sepertinya selalu diberikan kemudahan dalam hidupnya. Tak pernah ada masalah yang mendera.

Dalam hal pekerjaan, seringkali kita merasa pekerjaan orang lain terlihat lebih enak, dengan gaji yang tinggi dan beragam fasilitas yang diberikan. Terbersit keinginan untuk pindah mendapatkan pekerjaan tersebut.

Kita tak pernah tahu sebelum kita melihatnya lebih dekat. Apa yang kita lihat belum tentu sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Disitulah harusnya kita belajar bersyukur. Kita tak pernah melihat keadaan diri kita dengan rasa syukur sehingga membandingkan diri kita dengan orang lain.

Beberapa kali, saat berkumpul dengan kawan lama dan membicarakan tentang pekerjaannya, pernah Terbersit ingin pindah mencari pekerjaan sepertinya. Selang waktu berlalu hingga diri ini mulai disadari bahwa selama ini apa yang aku cari adalah apa yang telah aku dapatkan. Aku merasa bersyukur dengan pekerjaan yang sekarang aku jalani bisa memberikan kebermanfaatan bagi mereka yang membutuhkan. Aku tidak menganggapnya sebagai pekerjaan, melainkan hidup. Inilah yang aku jalani.
Connect