Tuesday, August 20, 2019

Merayakan Kemerdekaan Lingkungan di Pulau Sangiang

Peserta Menghadap Laut Yayasan Kehati di Pulau Sangiang, Banten
Peserta Menghadap Laut Yayasan Kehati di Pulau Sangiang, Banten
Pulau Sangiang adalah sebuah pulau kecil yang terletak di Selat Sunda. Secara administratif, Pulau ini masuk dalam kawasan Provinsi Banten. Pulau ini awalnya berpenghuni dengan jumlah penduduk sekitar 50 kepala keluarga. Sejak tahun 1993, status Pulau Sangiang menjadi Taman Wisata Alam dengan luas 528,15 Ha yang dikelola langsung oleh BKSDA Provinsi Banten.

Hari Minggu, 18 Agustus 2019, sehari setelah peringatan kemerdekaan RI ke-74 tahun saya bergabung dengan teman-teman dari Yayasan Kehati melakukan upacara #MenghadapKeLaut 2.0 sekaligus #BeachCleanUp di Pulau Sangiang. Rangkaian acara ini merupakan imbauan dari Bu Susi, Menteri Kelautan dan Perikanan untuk melakukan upacara sekaligus aksi bersih pantai serentak di seluruh pantai nusantara.

Menuju Pulau Sangiang dapat ditempuh dengan kapal kecil dari dermaga Pelabuhan Paku, Anyer. Air laut membiru menemani perjalanan kami dari dermaga di Pelabuhan Paku hingga Pulau Sangiang. Hanya ada kantor BKSDA Banten yang terlihat ketika kapal mendekati pulau. Tak ramai orang seperti pulau kebanyakan.

Tak jauh dari dermaga kapal kami berlabuh, depan pos BKSDA, kami melakukan upacara singkat #MenghadapLaut. Hari itu terasa sangat terik. Ombak pantai bergulung-gulung memanggil untuk mendekat. Air lautnya jernih. Sayangnya, di sepanjang pesisir pantai yang kami lewati, terlihat sampah-sampah menepi.

Di Pulau dengan sedikit penghuni ini, tak disangka, sampah-sampah memenuhi garis pantai. Styrofoam, plastik kemasan, botol beling, bahkan sandal jepit terlihat mendominasi.

Darimana sampah-sampah ini berasal?

Daratan nan jauh di sana membawa sampah-sampah ini hingga ke pulau ini. Beberapa sampah terlihat sudah bertahun-tahun karena warna kemasannya yang sudah luntur. Styrofoamnya pun banyak yang rapuh, sulit membedakannya dengan pecahan karang yang juga terbawa ombak menepi di garis pantai. Sisa-sisa kemasan cup popmie mudah ditemui di hampir setiap sudut. Mungkin sisa pengunjung yang bermalam ke pulau ini. Membutuhkan makanan instan yang mudah penyajiannya.

Apakah semua yang instan dan kita butuhkan harus menyakiti alam? Jaring-jaring juga terlihat tersangkut di antara batang pohon yang tumbang. Di Pulau yang indah ini, mungkin alam dengan sendirinya akan memulihkannya. Akan butuh waktu berapa lama?
 
Kita tak sadar sedang mencemari alam dengan perilaku kita sendiri. Padahal, kita yang lebih dahulu membutuhkan alam sebagai tempat kita bernafas ini. 

Aksi bersih pantai di Pulau Sangiang
Aksi bersih pantai di Pulau Sangiang

Apa yang kami dapat dari aksi bersih pantai hari itu?

Selama sekitar 1,5 jam melakukan bersih-bersih pantai dengan radius sekitar 50m sepanjang garis pantai, kami berhasil mengumpulan 82,8 Kg sampah dalam 36 karung, dimana 24 karungnya merupakan sampah styrofoam.

Info lengkapnya bisa dilihat di infografis aksi bersih pantai di Pulau Sangiang berikut ini.

Infografis Sampah di Pulau Sangiang

Apa harapanmu untuk Indonesia di hari kemerdekaan ini?

Di #74TahunIndonesiaku ini, yuk biarkan alam ini juga merdeka dari perilaku-perilaku kita yang kadang tak bersahabat untuk mereka. Gaya hidup sederhana seperti tidak lagi menggunakan sedotan plastik bisa menjadi awalan untuk menjaga alam kita untuk kita wariskan ke anak cucu kelak. Gunakan wadah makanan yang tidak hanya sekali pakai bisa jadi pilihan bijak kita untuk menghargai alam. Kalau kamu, apa saja yang sudah kamu lakukan?

Tulisan ini disadur dari instagram.com/bamsutris

Tags :

bm
Created by: Bambang Sutrisno

Lelaki biasa penggiat lingkungan dan kepemudaan. Sedang menumbuhkan arti proses, konsistensi, dan kebermanfaatan dalam hidupnya.

Post a Comment

Connect