Catatan Community Leaders Training : Ayamin Plus (Day 3)
Peserta Ayameen Plus Batch 1 |
Menjadi seorang social entrepreneur tidak hanya fokus pada uang semata, tetapi bagaimana menjadikan diri kita penuh manfaat sebagai solusi bagi permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat. Sebagai changemaker, kita harus mau turun langsung ke masyarakat yang kita bina, menanggalkan titel kita dan senantiasa merendah tanpa kesombongan hanya karena kita memiliki pendidikan yang lebih tinggi di masyarakat.
Program pembinaan Ayameen Plus yang berlangsung selama tiga hari hanyalah sebagai permulaan. Disana kami belajar banyak hal untuk memulai niat baru bahwasanya belajar dan tanggung jawab untuk memajukan bangsa ada di tangan kita, anak muda. Generasi yang kelak akan memimpin bangsa ini di tahun-tahun mendatang. Bayangkan berapa permasalahan bangsa yang akan teratasi bila banyak anak muda yang fokus mengembangan social entrepreneur. Bisa jadi, di masa mendatang, kita tak lagi menemui permasalahan sosial untuk diselesaikan, tetapi lebih ke bagaimana meningkatkan keharmonisan dan kualitas kehidupan kita sebagai bangsa yang maju.
Hari ketiga pelatihan Ayameen plus bisa dibilang sebagai saat yang penuh pembelajaran. Kami, dua puluh dua peserta pelatihan Ayameen plus batch 1 merasa akhir dari pelatihan adalah awal bagi kami untuk memulai. Awal bagi kami untuk menemukan permasalahan di masyarakat yang membutuhkan uluran-uluran tangan kami untuk di selesaikan.
Maka, sebelum saya bercerita mengenai apa saja pembelajaran yang kami dapatkan di hari ketiga ini, izinkan saya untuk mengucapkan terima kasih kepada Muayed, trainer dari Ghadan Institute; Mas Reza dan Ammar, sang mentor yang sudah menemani selama pelatihan dan juga tim dari Wafaa Indonesia, Mbak Nida dkk. Meski setelah ini, Mas Reza dan Ammar masih harus mendampingi kami untuk mentorship dan coaching, tetapi dengan berakhirnya pelatihan mungkin komunikasi yang akan terjalin akan kurang efektif nantinya.
Baiklah, saatnya berbagi pengalaman pembelajaran apa saja yang kami dapatkan pada Ayameen Plus hari ketiga. Di hari ketiga sebenarnya kami lebih fokus pada bagaimana menajamkan isu yang akan kami angkat untuk kami selesaikan sebagai suatu solusi untuk masyarakat. Meskipun terlihat lebih serius dibanding hari-hari sebelumnya, di hari ketiga juga beberapa games mengisi selingan sebagai bahan pembelajaran.
Day 3:
Pastikan Projectmu Sesuai dengan Kebutuhan Masyarakat
Sesi pertama di hari ketiga kami mulai dengan games Balls dan Holes. Kami dibagi menjadi empat kelompok. Masing-masing kelompok diberikan sebuah kain yang berisi lima lubang dengan lima warna penanda di tiap lubangnya dan lima buah bola juga dengan lima warna berbeda. Tugas kami adalah bagaimana memasukkan setiap bola tersebut sesuai dengan warnanya masing-masing. Bila ada bola masuk ke lubang yang tidak sesuai dengan warnanya, maka permainan akan diulang. Kami memulai dari satu bola, kemudian dua bola, hingga lima bola.
Apa yang kami pelajari dari permainan ini? Andaikan bola sebagai solusi dari permasalahan yang kita bawa atau project yang akan kita implementasikan dan lubang sebagai masyarakat target yang kita tuju, maka kita harus cermat dan teliti bahwa tidak semua solusi yang kita tawarkan untuk suatu masyarakat bisa diterapkan di masyarakat lainnya. Bila hal ini terjadi, mungkin kita bukan hanya tidak menyelesaikan permasalahan yang terjadi, tetapi merusak kerja keras yang telah dibangun selama ini.
Untuk menyelesaikan permasalahan dalam masyarakat, kita memulainya dari skala kecil terlebih dahulu, terfokus sebagai pilot project yang akan kita bawa. Bila berhasil, maka kita akan mengekspansi ke wilayah lainnya. Inilah ang harus kita lakukan saat bekerja dengan masyarakat nantinya.
Sebagai seorang community leaders, kita harus mampu membuka komunikasi dua arah dengan masyarakat, menanyakan permasalahan dan menawarkan solusi sesuai dengan kebutuhan mereka, bukan tiba-tiba datang dengan beragam project yang bahkan masyarakat sendiri belum tentu membutuhkannya.
Why and Why you do this?
Setelah sesi awal games balls and holes, tetap di kelompok yang sama kami sharing mengenai Tree of problem yang sudah kami buat di hari sebelumnya. Masing-masing orang diberikan waktu lima menit untuk sharing secara singkat, lalu yang lain memberikan feedback berupa pertanyaan why and why tanpa perlu dijawab.
Pada sesi why and why ini kami ditantang untuk menguatkan azzam kami bahwa apa yang akan kami lakukan untuk masyarakat yang kami tuju sudah tepat dan sesuai. Output dari sesi ini adalah keyakinan pada diri kami bahwa apa yang kami lakukan memang dibutuhkan oleh masyarakat.
Create your Action and Get Feedback
Setelah sharing, kami diminta menuliskan project kami tersebut didalam form Action plan yang diadopsi dari Ashoka Youth Venture. Kami mencoba mengidentifikasi project kami masing-masing mulai dari problem, stakeholder yang terlibat, tempat, harapan, asumsi yan berkembang dimasyarakat, hingga apa yang akan terjadi bila project yang kami jalankan berhasil ataupun tidak berhasil. Kertas tersebut diputar bergilir ke teman sekelompok kami untuk mendapatkan feedback tambahan terkait dengan project kami masing-masing.
Passion + Issue + Sustain
Sesi ini bisa dibilang sebagai lompatan kembali ke dasar untuk memastikan bahwa apa yang telah rencanakan di sesi-sesi sebelumnya sesuai dan memang tepat untuk kami jalani.
Passion yaitu sesuatu yang membuat kita tertarik untuk menjalankan atau melakukannya, dimana diri kita akan merasa exciting ketika melakukan sesuatu yang sesuai dengan passion yang kita miliki. Issue adalah permasalahan di masyarakat yang akan kita angkat untuk dicarikan solusinya. Sedangkan sustain adalah keberlanjutan dari apa yang telah kita buat agar memiliki dampak yang siginifikan.
Mengapa ketiga hal ini diperlukan? Sebelumnya kami diminta untuk menuliskan passion kami masing-masing. Mencatat daftar semua passion yang kami miliki. Setelah itu, kami mencatat daftar permasalahan yang terjadi di masyarakat. Nah, hubungan keduanya adalah kami diminta mengaitkan antara passion dan permasalahan yang ada. “Sesuatu yang dilakukan dengan passion hasilnya akan maksimal” Begitulah kata Muayed. Kami diminta untuk memastikan bahwa project yang telah kami rancang sebelumnya sesuai dengan passion kami masing-masing.
Selain passion dan issue, kami juga diminta untuk memikirkan bagaimana agar project yang kami buat memiliki keberlanjutan di masyarakat. Mekanisme keberlanjutan mungkin yang sering terlupakan saat kita sedang merancang suatu project.
Are you S.M.A.R.T?
Sesi setelahnya, kami diajarkan untuk lebih cermat dalam merancan project yang akan kami kerjakan. Prinsip S.M.A.R.T menjadi jurus ampuh yang harus kami pastikan ada dalam project yang akan kami jalankan. Apa saja prinsip S.M.A.R.T tersebut?
Specific : Project harus spefisik tujuan, target dan sasarnnya
Measureable : Project yang akan dijalankan harus terukur
Achieveable : Apa yang akan dilakukan untuk mencapai target sesuai dengan project yang dijalankan
Realistic : Harus disesuaikan dengan kondisi yang ada
Time : Waktu pelaksanaannya jelas kapan dimulai dan kapan berakhir
Six Hats : The 6 Way of Thinking
Pada sesi ini, kami belajar konsep The 6 Way of Thinking. Konsep ini menerapkan beragam pola pikir sesuai dengan keadaan yang mungkin terjadi. Kami dibuat kelompok dengan masing-masing 3 orang tiap kelompok. Selanjutnya, tiap orang akan memberikan gambaran mengenai project yang akan dijalankannya berdasarkan prinsip S.M.A.R.T, kemudian dua anggota kelompok lainnya akan bertanya atau mengungkapkan pendapat mengenai project yang telah diceritakan berdasarkan konsep the 6 Way of Thinking. Bergantian hingga semua topi telah dipakai.
The 6 Way of Thinking mengajarkan kita untuk lebih kritis dan juga sebagai feedback bagi project yang akan dijalankan oleh kita nantinya. Ada 6 buah topi yang mengambarkan kondisi pemakainya, yakni :
1. Topi Merah : Lebih ke emosional
2. Topi Abu-abu : Pemikirannya yang logis
3. Topi hijau : berdasarkan imajinasi
4. Topi Biru : Membangun jaringan
5. Topi Kuning : Upaya mempertahankan ide
6. Topi Ungu : Mencari celah kelemahan
Concepting your Project
Sesi ini merupakan sesi terakhir pada pelatihan Ayameen Plus. Kami diberikan guidelines project dari Ashoka Youth Venture yang berisi Input, output, outcomes and assumptions. Pada bagian input berisi sumber daya yang kami miliki untuk melaksanakan project. Output berisi aktivitas dan produk yang kami hasilkan, sedangkan outcomes lebih kepada campak yang kami hasilkan dari project yang kami jalankan.
-----
Pada akhirnya, waktu akan berlalu. Yang tersisa hanya kenangan dan ilmu yang kita dapatkan dari prosesnya. Di akhir sesi sebelum kami berpisah, kami duduk dalam satu lingkaran. Muayed memimpin kami untuk memejamkan mata sejenak. Setelah itu, kami diminta untuk mengucapkan apa yang akan kami lakukan sepuluh tahun mendatang?
What will you be in the future?
Ps: Semoga catatan ini bisa menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua.
Baca catatan sebelumnya:
Catatan Ayamin Plus Day 1Catatan Ayamin Plus Day 2
Tags : Features Pemuda Relawan Teknik Lingkungan Untuk Indonesia
Post a Comment