Perjuangan Meraih Gelar Master Teknik Lingkungan (Part 1)
Pertama kali masuk kelas di awal semester 1 yang pertama kali kebanyakan dosen tanyakan adalah apa background kita, dimana kita bekerja saat ini. Itu pula yang membuat beberapa dosen meyakini bahwa multibackground di dalam kelas bisa membantu membuka cakrawala yang lebih luas.
Satu hal yang membedakan adalah kali ini, saya harus berusaha dengan kemampuan saya sendiri. Ya, dalam artian tidak ada lagi mengandalkan teman dalam tugas ataupun homework yang diberikan. Apa kata mereka bila homework pertama sudah mencontek sana-sini. Lagi, ada banyak hal yang perlu saya pelajari dikarenakan background saya yang cukup jauh, meski familiar di keseharian.
----
Tulisan kali ini saya akan mencoba menceritakan berbagai perkuliahan hingga tugas project yang saya dapatkan dalam perjuangan hingga meraih gelar master. Meskipun tidak detail, namun menurut saya tugas-tugas atau bahasan yang diberikan sangat meninggalkan kesan yang cukup baik sebagai pembelajaran.
Sebagai dasar mahasiswa master di bidang engineering, ada 2 mata kuliah dasar yang wajib didapat yaitu Math and Applied Science dan System Engineering and Value.
Math and Applied Science
Matematika, ya mata kuliah ini memang matematika. Kalau boleh ditelaah lebih lanjut dibandingkan matematika yang didapat oleh S1, maka mata kuliah ini adalah gabungan dari kalkulus, aljabar linear, metode numerik, matemarika teknik hingga statistik dan probabilitas. Bayangkan mata kuliah tersebut dijadikan 1 mata kuliah yang harus diselesaikan dalam satu semester!
Kuliah 3 sks dengan pertemuan kuliah 3 x 50 menit plus asistensi selama 1 jam 50 menit tiap pekan rasanya sangat kurang. Untungnya, hal terpenting dari mata kuliah ini bukanlah detail perhitungan seperti di SMA, tetapi proses analisa yang wajib kita pahami ketika kita menghadapi case dalam pekerjaan nantinya.
Setelah dirangkum menjadi satu mata kuliah tersebut, saya jadi lebih memahami bahwa mata kuliah tersebut saling berhubungan. Hanya metodenya saja yang berbeda: analitik dan numerik. Analitik itu lebih pada perhitungan yang kita sering lakukan secara langsung misalkan untuk menghitung nilai integral, maka kita benar-benar mencari nilai integralnya. Sedangkan metode numerik kita menggunakan pendekatan yang memudahkan perhitungan tanpa mengetahui nilai integral yang kita cari. Metode numerik ini kala kata Pak Dosen adalah akal-akalan anak teknik saja. :) Kebanyakan software, excel, kalkulator sebenarnya menggunakan metode numerik dalam sistemnya.
Di penghujung semester, materi perkuliahan terasa sangat abstrak karena berhubungan dengan uji hipotesis yang nantinya diharapkan bisa kita gunakan saat mengerjakan thesis.
System Engineering and Value
Kalau mata kuliah sebelumnya gabungan dari beberapa mata kuliah dasar matematika, yang ini juga gabungan dari beberapa mata kuliah dasar seperti engineering economy, statistik dan probabilitas, engineering value, dll. Bahkan, saya sendiri lupa di S1 pernah mempelajari mata kuliah tersebut.
Saya cukup ketinggalan jauh untuk mata kuliah ini. Pertama karena adanya homework yang diberikan tiap pekan, tetapi saya sendiri tidak mengerti untuk mengerjakannya. Kedua karena materi yang dipelajari sangat banyak.
Untungnya selepas UTS dan pergantian dosen membuat pola belajar di kelas berubah 180%. Mengapa? Dosen pengampu setelah UTS tidak berorientasi pada hasil semata, melainkan proses. Maklum, beliau adalah mantan direktur riset dan pengabdian masyarakat. Yang beliau tekankan adalah pola pikir sebagai engineer untuk memberikan solusi bagi permasalahan yang ada. Untuk itu, kita dituntut untuk baca jurnal-jurnal terbaru.
Dari awal kita ditantang untuk menyelesaikan project secara berkelompok yang akan dipresentasikan saat UAS, dengan kata lain tidak ada UAS. Berminggu-minggu berlalu. Saya dan tim mendapatkan tantangan untuk membuat system Track Access Charge (TAC) di Indonesia. Yang terpenting adalah benchmark yang kita gunakan harus jelas, ada sumbernya tidak mengawang-awang. Semua harus lengkap mulai dari FAST diagram hingga rencana yang kami tawarkan beserta perhitungan biaya hingga IRR nya.
Tantangannya adalah tim saya beranggotakan mahasiswa teknik lingkungan dan struktur, tidak ada transportasi. Bahasan TAC ini menjadi hal baru yang harus kami pelajari.
Yang paling saya ingat, hari itu menjelang sehari sebelum presentasi bahasan ini masih mengawang-ngawang di kepala kami. Hingga pukul 01.00 dini hari saya masih merasakan belum ada kejelasan.
Paginya, kami presentasi apa yang kami kerjakan dengan judul Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Hasil yang kami presentasikan tidak buruk, hanya salah persepsi dari konsep awal yang diminta TAC. Pak Dosen tidak marah sedikitpun, beliau menyarankan untuk mengganti temanya menjadi pengembangan infrastruktur Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Dan diakhir ketika melihat nilai yang didapat, 83. Hasil yang cukup memuaskan. Mengingat kalau ujian belum tentu bisa mendapatkan nilai segitu.
Environmental Risk Management
Di mata kuliah ini lebih dekat sekali dengan kimia. Beruntunglah bagi mereka yang sudah belajar kimia dasar. Saya pun hanya bengong beberapa kali pertemuan.
Mata kuliah ini menurut saya sangat menarik juga membuat lebih parno menyikapi kenyataan di lapangan. Sangat menarik karena kita akan belajar menjadi auditor lingkungan. Tetapi karena sebagai auditor lingkungan, kita harus lebih peka terhadapan segala risiko yang mungkin timbul, meskipun dosisnya masih jauh di bawah batas yang ditetapkan.
Mata kuliah ini juga erat kaitannya dengan Health Risk Assesment. Kita diajarkan untuk melihat potensi risiko terhadap kesehatan, karena kesehatan manusia lebih utama. Makanya tidak heran jika setiap senyawa kimia yang dikeluarkan sebagai limbah industri baik limbah cair maupun dari udara kita sebagai auditor lingkungan patut mencurigainya sebagai potensi risiko yang mempengaruhi kesehatan penduduk sekitar. Pajanannya jelas bisa melalui air tanah yang diminum atau udara yang dihirup sekitar pabrik tersebut.
Lagi, tugas project yang harus kami selesaikan secara berkelompok adalah kami diminta mengambil satu aktivitas beserta senyawa kimia yang paling berpotensi menghasilkan risiko kesehatan. Saya dan tim mengambil studi kasus dari insinerator unit TPA Keputih, Surabaya yang berpotensi menghasilkan dioksin, salah satu senyawa berbahaya. Dari senyawa tersebut, kami coba hitung dosis yang diterima oleh penduduk sekitar dalam radius 50 km serta analisis yang mungkin terjadi beserta penanggulangannya.
Dan hal ini pula yang kita kerjakan saat UAS dengan waktu yang sangat lama (3 jam). Kami diminta untuk membuat rekomendasi mengenai limbah suatu pabrik berdasarkan senyawa kimia yang dihasilkan dari pembuangan serta potensi risiko yang mungkin diterima oleh penduduk sekitar.
Btw, hal terkait ini di Indonesia sendiri masih jauh sekali dari kata sempurna. Bisa dibilang kalau belum ada kejadian masih dimaklumi lah. Bahkan banyak petugas pelaksana AMDAL yang belum mengecek aja sudah dikasih salam tempel. Makanya, kebanyakan data yang sebenarnya dijadikan rujukan dari US-EPA atau Eropa karena mereka sudah begitu concern dengan hal-hal seperti ini.
Municipal Solid Waste Management and Technology
Ini juga mata kuliah yang erat banget dengan teknik lingkungan. Bahkan erat sekali dengan kehidupan sehari-hari. Dari mata kuliah ini, saya belajar hal baru terkait waste to energy (meskipun baru sebatas tahu teknologi tersebut). Intinya terkait dengan pengelolaan persampahan yang memang sangat penting sekali. Sayangnya, di negara kita belum jadi concern yang perlu mendapatkan perhatian serius oleh pemerintah.
Bisa dibayangkan, hal dasar seperti membuang sampah secara tertib di tempat yang disediakan aja masih susah apalagi untuk pengelolaan secara keseluruhan. Selama ini, saya tidak pernah kepikiran bahwa perjalanan sampah itu begitu panjang. Tidak sekedar buang saja, harusnya kita memikirkan kemana sampah yang kita buang setelahnya.
Di mata kuliah ini ada beberapa tugas project. Pertama secara bekelompok, kami diminta untuk observasi pengelolaan sampah organik di unit pengolahan sampah (UPS) di Kota Depok dan proses yang ada pada Bank Sampah. Kota Depok yang baru saja mendapatkan adipura memang terlihat sangat baik dalam pengelolaan sampah organik menjadi kompos di tiap UPS yang tersebar di seantero Kota Depok. Paling dekat adalah UPS yang berada di UI. Hasilnya Kompos tersebut digunakan sebagai pupuk bagi taman yang ada di UI atau taman kota Depok.
Tugas Project lainnya kami diminta membuat master plan persampahan salah satu kota yang ada di Indonesia. Saya dan tim mengambil Kota Metro Lampung sebagai Kota yang akan dibuatkan master plan persampahannya. Dalam membuat master plan ini, sebagai mahasiswa S2 kita ditantang tidak sekedar membuat tanpa rujukan, melainkan kita diharukan memproyeksikan data yang ada hingga tercipta master plan sesuai dengan kondisi yang ada sekarang mulai dari potensi jumlah sampah yang akan dihasilkan di tahun-tahun mendatang, pertumbuhan tingkat pelayanan sampahnya serta pengelolan persampahannya secara bertahap kami kembangkan.
----
Selain mata kuliah tersebut, hal yang sangat berbeda adalah keterbukaan setiap dosen yang mengajar. Entah semua dosen S2 mengajar dengan cara yang sama atau memang kebetulan dosen di Teknik Lingkungan yang saya dapat seperti itu semua. Rasanya dulu saat S1 dosen mengajar dengan cara yang kaku sekali. Sekarang konsep CL dan PBL benar-benar diterapkan.
Satu hal yang paling berkesan adalah salah satu dosen yang sangat detail saat mengajar, namun sering memberikan mindblowing terkait kondisi real di Indonesia. Saya pun sering miris mendengar kenyataan di lapangan. Akhirnya, beliau juga yang menjadi pilihan saya untuk menyelesaikan thesis yang sedang dalam tahap pengerjaan ini.
Perjuangan untuk meraih gelar master yang masih belum berakhir. Di lain kesempatan, mungkin saya akan bercerita kembali mengenai perkuliahan lainnya. Saya sangat terbuka apabila ada yang ingin bertanya! :)
Salam,
@bamsutris
Tags : Features Pemuda Teknik Lingkungan
Post a Comment