Wednesday, April 12, 2017

Catatan Perjalanan ke Pekanbaru : Tips Bagaimana agar Tidak Ketinggalan Pesawat?


Rasanya Ketinggalan Pesawat
Kalian pernah mengalami kejadian ketinggalan pesawat? Rasanya itu, nyesss. Ada rasa sesal bercampur dengan kesal, emosi dan berbagai rasa lainnya. Di social media pernah diupload video seorang Bapak yang marah-marah Karena ketinggalan pesawat. Jadi bisa dibayangkan saat kita telat hanya beberapa menit dari jadwal boarding, eh mungkin kalau boarding masih ditunggu beberapa menit. Tapi kalau sudah take off?

 Kejadian kemarin sayangnya telat yang aku alami agak sedikit berbeda. Kenapa? Ya Karena memang unpredictable banget.

Ini pertama kali aku ketinggalan pesawat. Penerbanganku ke Pekanbaru pukul 17.55 dari CGK. Sejak pukul 14.00 WIB, aku telah bersiap-siap dari lokasiku di Depok. Berpikir naik Damri dari Pasar Minggu lebih cepat daripada dari Terminal Depok.

Tiba di Stasiun Pasar Minggu pukul 14.30, Bus Damri masih stand by di Terminal. Tidak adanya jembatan penyeberangan mengakibatkan aku harus mengambil jalan memutar. Agak kesal sebenarnya. Siapa sih yang membangun infrastruktur seperti ini? Stasiun, terminal, dan pasar harusnya dibuat hub khusus yang menghubungkan satu sama lain untuk pejalan kaki.

Bus Damri belum juga terlihat hingga akhirnya nongol juga untuk bersiap berangkat menuju Bandara. Penumpangnya tidak banyak. Ada sekitar 15 orang. Estimasiku, paling lambat 2 jam akan tiba di Bandara. Karena biasanya saat rush hours hanya butuh 1,5 jam. Dari Depok saja biasanya menggunakan taxi butuh kurang dari 1 jam hingga tiba di Bandara.

Aku masih berpikir positif saat itu, menyikapi keadaan macet dengan santai. Berpikir bahwa di depan akan lebih lancar. Aku sempatkan istirahat sembari mendengarkan lantunan murattal untuk menyegarkan pikiran.

Pukul 16.30 aku terbangun. Aku cek jendela. Sepertinya masih di Pasar Minggu. Aku pastikan dengan maps di smartphone-ku. What? Aku kaget. Bahkan ini baru beberapa km dari terminal, belum melewati Kalibata. Aku mulai panik. Penumpang seisi bis menunjukkan hal yang sama. Didahului oleh serang Bapak yang turun di tengah jalan, ingin naik grab katanya.

Aku coba berestimasi. Jika aku turun dan naik ojek, apakah akan terkejar? Sepertinya tidak. Aku masih berharap akan adanya sebuah keajaiban saat itu.

Penumpang di Bis Damri tersisa 2 orang, aku dan satu penumpang lainnya. Aku sudah pasrah. Hal yang tak biasa sepanjang Pasar Minggu hingga Pancoran macet luar biasa. Aku penasaran browsing dan ternyata penyebabnya adalah penyempitan jalur karenan pembangunan jalan di Pancoran.

Bahkan waktu tempuh dari Pom Bensin depan Sampoerna University hingga ke belokan lampu merah Pancoran hampir setengah jam, padahal biasanya hanya dalam hitungan menit saja.

Pilihanku hanya 2 saat itu. Melanjutkan perjalanan dengan membeli tiket baru atau balik ke Depok dan cancel tiket baliknya. Rasanya aku tidak mungkin balik ke Depok. Aku harus melanjutkan perjalanan. Maka saat itu yang kutuju adalah bandara. Aku harus tiba di Bandara terlebih dahulu. Berencana menginap di sana semalam lalu melanjutkan penerbangan first flight keesokan paginya.

Di perjalanan tadi, seorang Mbak yang turun di tengah jalan terlihat masih belum mendapatkan ojek untuk mengantarnya ke Bandara. Padahal, bus kami sudah melewatinya. Entahlah, sepertinya penumpang Bus Damri saat itu sebagian besar ketinggalan pesawat. Hal yang sulit diprediksi memang.

Aku baru tiba di Terminal 1C SHIA pukul 19.30. Waktu tempuh terlama yang aku lewati hanya untuk ke Bandara. Kemacetan Jakarta memang sudah sangat akut ternyata.

Kira-kira, apa aja sih persiapannya agar tidak mengalami ketinggalan pesawat?

Ada beberapa poin yang bisa aku petik sebagai bahan pembelajaran, yaitu
  1. Persiapkan waktu sebaik mungkin dengan mengestimasi berapa waktu perjalanan yang dibutuhkan untuk tiba di bandara dari lokasi kita tinggal. 
  2. Sempatkan browsing atau mengecek kondisi lalu lintas di Google Maps untuk melihat titik-titik kepadatan lalu lintas. Hal ini untuk pertimbangan kita memilih rute alternative tercepat untuk sampai di Bandara tepat waktu. 
  3. Bila memiliki kendaraan pribadi bisa minta antarkan atau jika memiliki budget lebih, bisa pesan taxi/uber/gocar atau grab agar lebih cepat. Karena dengan kendaraan pribadi kita bisa memilih rute tercepat dibandingkan dengan bis Damri yang memang sesuai trayek. 
  4. Ambil keputusan cepat. Bila kita terjebak dalam kondisi macet, segera ambil keputusan untuk mengganti moda transportasi. 
  5. Lakukan Online check-in terlebih dahulu! Online Check-in sangat berguna saat kita dalam kondisi terdesak seperti kita tiba di Bandara saat counter check-in sudah tutup menjelang boarding. Saya pernah mengalami hal ini sewaktu di KL. Untungnya, saya sudah mencetak boarding pass sebelumnya. Alhasil, semua barang bawaan saya bawa ke kabin.
  6. Jangan panik! Panik tidak akan menyelesaikan masalah. Dengan bersikap positif dan tenang, InsyaAllah akan ada keajaiban. 
  7. Beberapa maskapai seperti Garuda memiliki kebijakan untuk mengganti penerbangan dengan penerbangan berikutnya, bahkan bisa di refund. Jika memang tidak bisa diganti atau dengan kata lain tiket hangus, maka segera cari penerbangan yang memungkinkan agar kita bisa tepat waktu di tempat tujuan.
Aku sendiri saat mendapati ketinggalan pesawat kemarin segera mengecek tiket pesawat untuk penerbangan berikutnya. Tiketku sebelumnya Citilink dan hangus, saat mengecek di Traveloka kebetulan Citilink untuk keberangkatan Jum’at pagi lumayan murah, maka segera aku ambil. Pilihan berikutnya adalah apakah akan pulang ke rumah lagi atau menginap di Bandara? Maka, kuputuskan untuk menginap di Bandara, mengejar penerbangan paling pagi ke Pekanbaru yaitu pukul 05.25 WIB.

Di postingan berikutnya akan aku ceritakan mengenai menginap di Bandara bagi yang tidak ingin ketinggalan penerbangan pagi.

Tags :

bm
Created by: Bambang Sutrisno

Lelaki biasa penggiat lingkungan dan kepemudaan. Sedang menumbuhkan arti proses, konsistensi, dan kebermanfaatan dalam hidupnya.

Post a Comment

Connect