Saturday, July 30, 2016

TravelReunion : Menikmati Liburan di Malang dan Sekitarnya (Part 1)

Travel Reunion
 
“Bertemanlah, tanpa dibatasi oleh waktu, pekerjaan, jabatan, ataupun status…” (Catatan perjalanan 2016)

#TravelReunion. Ya, itu yang kusebut sejak awal. Maksudnya adalah kita melakukan reuni sembari jalan-jalan. Nggak kebayang kan bagaimana asyiknya? Travel Reunion kali ini adalah giliran Malang yang menjadi tujuan kita. Sebelumnya ke Jogja dsk dan beragam tempat lainnya
 
Kenapa tercetus Travel Reunion? Kita mungkin punya teman dari mulai teman masa kecil kita, teman SD, SMP, SMA hingga kuliah, atau bahkan teman organisasi atau kegiatan yang dulu banget kita pernah dekat satu sama lain, tetapi akhir-akhir ini ya mereka tidak lagi seperti dulu dekatnya, bukan berarti kita lupa lho ya. Nah, bisa nih kita kembali menjalin pertemanan dengan teman-teman yang dulu pernah dekat dengan kita melalui Travel Reunion. Selain kita udah tau karakter masing-masing yang membuat kita tidak 'kikuk' selama perjalanan, silaturrahim kita juga akan semakin erat.

Sekilas mirip kayak AADC 2 yak? Hehe. Ya begitulah…


Sebulan lalu menjelang lebaran, di sebuah grup WA organisasi, saya iseng mencetuskan ide ‘eh ada tiket murah nih ke Bali. Jalan, Yuk! Udah lama nggak jalan bareng sama kalian’. Lalu, ada teman yang ngasih kabar juga kalo tiket kereta ke Malang juga lumayan. Disambutlah dengan ajakan untuk mengajak si A, B, C, dan D. Kita memang jarang banget ketemu, komunikasinya juga jarang. Bahkan, ada yang beberapa tahun terakhir menghilang, eh dia nongol saat ada rencana jalan bareng ini.


‘Bikin grup aja untuk jalan-jalan kita…’

‘Eh, gabung ke grup gw sama si A aja. Kita juga rencana mau ke Sangiang.’


Akhirnya dari percakapan iseng, jadilah sebuah grup yang secara serius membicarakan rencana jalan bareng. Tujuan kita adalah Malang. Sembari mencari-cari rekomendasi tempat, penginapan, tiket kereta pun dibooking. Enam orang yang berminat. Cukup untuk sebuah liburan melepas kepenatan sembari menjalin pertemanan yang lama pudar.
---

Memasuki akhir Juli setelah kegiatan kantor kembali aktif dan orang-orang kembali ke rutinitas masing-masing setelah liburan lebaran yang panjang, akhirnya waktunya tiba untuk kami Travel Reunion. Kami memang sengaja memilih waktu di luar jadwal liburan karena tidak ingin liburan kami malah dipenuhi oleh orang-orang yang liburan sehingga tempat wisata malah ramai. Hehe.

Sayangnya, satu teman kami membatalkan diri karena harus ke Filipina karena ada kerjaan disana. Setelah kembali berdiskusi, akhirnya kami memutuskan untuk tetap melakukan perjalanan ini. Here we go…
---

Jakarta-Malang via Kereta

Kami menggunakan kereta ekonomi Matarmaja dengan harga tiket Rp 109.000. Kami berangkat Jum’at sore dari St. Pasar Senen dan dijadwalkan tiba pukul 08.00 WIB waktu malang. Hampir 18 jam di dalam kereta. Ini merupakan perjalanan paling lama yang pernah aku lakukan menggunakan kereta. Teman-teman banyak yang mengeluh mengatakan mengapa tidak bilang kalau keretanya seperti ini. Maklumlah, terkadang kita perlu belajar menjadi mereka rakyat kecil dengan kesusahannya untuk mengerti bagaimana kondisi mereka.

Kami bersyukur sekali selama perjalanan menuju Malang, kami menemui orang-orang yang ramah dan asyik di dalam kereta. Di deretan tempat duduk kami, ada sepasang Bapak dan Ibu paruh baya yang menemani anaknya liburan. Bilangnya diajak anak untuk liburan ke Malang dan Bromo. Hilir mudik penumpang di gerbong kami yang naik turun hingga akhirnya kami tiba di Malang sabtu paginya. Keretanya telat sekitar 30 menit dari jadwal seharusnya…

Oya, sebelum berangkat, kami sempat membatalkan tiket kereta yang kami beli untuk teman kami yang tidak jadi berangkat di St. Pasar Senen. Ini pun harap-harap cemas saat akan melakukan pembatalan. Pasalnya, ini kali kedua setelah sebelumnya saya melakukan pembatalan di St. Jakarta Kota kemarinnya. Namun, tidak bisa dibatalkan kata petugasnya.

Defaultnya jika kita ingin membatalkan tiket kereta api, maka yang dibutuhkan adalah kartu identitas asli dan tiket kereta api yang telah kita print. Lain halnya kalo kita hendak membatalkan tiket milik orang lain, maka dibutuhkan satu dokumen tambahan yaitu surat kuasa bermaterai. Harusnya sih cukup, tetapi ternyata di lapangan berbeda.

Di Stasiun Jakarta Kota
Kita yang hendak membatalkan tiket kereta api masuk ke ruangan customer service (CS) untuk verifikasi. Petugas disana yang akan memastikan verifikasi dokumennya. Semuanya harus lengkap tanpa terkecuali! Waktu itu saya datang kesana hanya bermodalkan fotocopy KTP teman yang tiketnya ingin dibatalkan. Sesampainya di meja CS, petugasnya bilang perlu dokumen asli dari yang punya tiket, entah itu KTP asli, KK asli, dll disertai surat kuasa bermaterai. Sembari menambahkan ‘karena surat kuasa mungkin Mas nya bisa buat, makanya perlu yang asli’. Lah, bagaimana bisa dapat yang asli, sedangkan teman saya masih di Filipina.

Sebelumnya juga ada seorang ibu yang gagal membatalkan tiket karena hanya membawa fotokopi KK, padahal jelas di KK tertera namanya. Apakah peraturan ini memang sengaja dipersulit agar banyak penumpang yang tiketnya hangus lantaran tidak bisa dibatalkan?

Di Stasiun Pasar Senen

Untuk mengantisipasi kejadian seperti di St. Kota, aku meminta izin temanku yang tidak jadi ikut untuk menminjam KK aslinya. Salah seorang teman menyempatkan mengambil di rumahnya terlebih dahulu sebelum ke stasiun. Berbekal KK asli dan surat kuasa yang aku buat, kami menuju loket pembatalan. Rupanya prosedurnya sedikit berbeda dengan di St. Jakarta Kota.

Di Stasiun Pasar Senen, jika kita hendak membatalkan tiket kereta, maka terlebih dahulu kita meminta form pembatalan dan mengambil nomer antrian di meja security yang tidak jauh dari mesin CTM (Cetak Tiket Mandiri). Sesampainya di meja security, petugasnya bilang ‘nomer antriannya habis, kalau mau menunggu nanti jam 4 atau 5 kembali dibuka nomer antriannya’. Beberapa orang yang menanyai sempat bingung hingga petugasnya ‘agak emosi’ menanggapi kebingungan yang bertanya. Lah, bagaimana bisa habis nomer antriannya, sedangkan kereta kita akan berangkat pukul 15.00 WIB? Aku sempat pasrah, tetapi tidak beranjak jauh dari sana. Bukankah di ketentuan jelas tertera bahwa tiket bisa dibatalkan hingga 30 menit sebelum keberangkatan? Apakah ini hanya akal-akalan agar tiket hangus?

Sebelum beranjak pergi, kami menanyakan langsung ke petugas yang berada di loket pembatalan bahwa kami ingin membatalkan tiket kereta yang akan berangkat beberapa jam lagi. Petugas itu memberitahukan untuk langsung mengantri di loket pembatalan dan bilang keretanya akan berangkat sore harinya. Mendengar hal itu, kami pun bergegas mengantri.

Di loket pembatalan, petugas hanya meminta foto copy KTP dan surat kuasa yang aku bawa, tanpa melihat KK asli yang sudah jauh-jauh kami usahakan. Wkwkwk. Ternyata eh ternyata…. Sudahlah. Untuk pembatalan, bea pembatalan sebesar 25% dari harga tiket. Uangnya akan diganti 30 hari kerja jika diambil langsung dan 45 hari kerja jika ditranfer via bank.

Bagi yang ingin melakukan pembatalan tiket yang bukan punya sendiri, Stasiun Pasar Senen sangat direkomendasikan daripada Stasiun Jakarta Kota.

---

Kami tiba di Stasiun Malang pukul 08.30. Telat 30 menit dari jadwal seharusnya. Hal ini lantaran kereta harus berhenti cukup lama di Stasiun Cirebon untuk pengisian bahan bakar batu bara. Seharusnya kami turun di Stasiun Malang Kota Lama, tetapi karena kereta berhenti terakhir hingga Stasiun Malang, maka kami memilih Stasiun Malang. Terlebih jaraknya lebih dekat dengan hotel tempat kami menginap.

Sebelum keluar stasiun, kami sempat menanyakan kereta ke Stasiun Sumber Pucung. Jadi kereta pulang kami naik dari Stasiun Sumber Pucung. Mungkin karena terlalu excited sehingga tidak menyadari kalau itu jauh dari Kota Malang. Kami sempat khawatir karena informasi yang ada minim sekali dan waktunya mepet. Saat akan melakukan pembatalan pun sudah tidak memungkinkan karena tiket kereta sudah habis.

Akhirnya memantapkan setelah menanyakan ke situs keretaapikita.com mengenai jadwal kereta api lokal penataran yang berhenti di stasiun sumber pucung. Saat akan membeli tiketnya, sepertinya akan memakan waktu lama karena harus mengantri, maka kami putuskan untuk ke hotel terlebih dahulu.

Kami menginap di Hotel Wilis Indah yang terletak di jalan Dr. Wahidin, Malang. Jaraknya sekitar 1 km dari Stasiun Malang. Lumayan deket kan? Seminggu sebelumnya kami memesan hotel ini melalui Traveloka yang kebetulan saat itu sedang ada diskon sebesar 150 ribu. Lumayan banget. Kenapa kami memilih melalui traveloka, sebelumnya kami sudah membandingkan melalui berbagai situs pemesanan hotel seperti agoda, booking.com, pegi-pegi, ternyata hanya traveloka yang harganya sudah include tax dan service. Kalo memang murah, ya murah sekali. Kalo di tempat lain tax dan servicenya juga lumayan, makanya kami tidak jadi memesannya. Apalagi di traveloka sedang ada diskon 150 ribu. Jadi lebih murah lagi deh…

Rate kamar hotel yang kami pesan sekitar Rp 260ribuan. Dan setelah kami tiba, memang lumayan hotelnya, meskipun ya tidak sebagus hotel di Jakarta. Hehe. Petugasnya ramah sekali, kamarnya luas, bersih. Bahkan kamar mandinya pun muat untuk kita tidur. Wkwkw. Kami berlima memesan dua kamar. Satu kamar bertiga, dan kamar lainnya berdua. Tadinya kami berencana akan memesan extra bed, tetapi kayaknya cukup bertiga satu tempat tidur.

Fasilitas di kamarnya ada TV kabel, AC, kamar mandi dengan air panas, dua botol air mineral tiap harinya, koran Surya Malang dan Sarapan. Sarapan di tempat makan yang berada dekat lobby secara prasmanan, meskipun ya dengan menu seadanya, tetapi cukup mengenyangkan. Kami menambah 1 breakfast karena jatahnya hanya untuk 2 orang per kamar dikenakan sebesar Rp 25ribu per orang.

Hari itu, sebelum jalan-jalan kami mandi dan mengganti baju terlebih dahulu di kamar mandi yang ada di hotel. Kami belum bisa check ini karena kamarnya masih penuh. Akhirnya kami menitipkan barang-barang kami dan berpesan agar nanti barang-barangnya dimasukkan ke kamar langsung saja setelah penghuninya keluar.

Lanjut ke part berikutnya ya...:)
Connect